Mohon tunggu...
Wafaul Ahdi
Wafaul Ahdi Mohon Tunggu... Jurnalis - MAHASISWA

Affah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Secerca Harapan Ku Taruh di Sebuah Susunan Balok

16 November 2020   10:59 Diperbarui: 16 November 2020   11:28 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.healthhub.sg/

Plis balok, bersahabatlah denganku kali ini saja. Kuat-kuat ya balok jangan runtuh! (Harap cemas)

Satu persatu balok itu ku susun dengan amat sangat hati-hati hingga membentuk sebuah menara. Aku akan mengambilnya lagi satu persatu dengan berharap balok kali akan menjadikan diriku sebagai pemenangnya. Aku selalu membayangkan bagaimana jika balok tersebut akan runtuh se runtuh-runtuhnya, kecewa pasti akan menjadi temanku. Aku membangunnya membutuhkan waktu yang tidak sebentar akan tetapi dia runtuh dalam hitungan detik saja.

Okey tidak apa-apa. Masih ada hari esok untuk bisa berjuang kembali. (Bergumam)

Sepele menurut orang, berharga menurut diriku. Merangkai sebuah balok adalah salah satu bentuk tantangan untuk diriku sendiri bagaimana aku bisa mempertahankan apa yang sudah aku perjuangkan. Jika memang balok itu akan runtuh aku menganggapnya itu adalah bukan hari keberuntunganku. Tidak selamanya hari itu apes bukan?

Tenyata benar dugaanku, hari itu adalah bukan hariku. Baru beberapa kali aku mencoba menyusun balok dan seketika itu juga balok-balok yang lain runtuh. Hancur berantakan. Aku hanya bisa menghela nafas, dan menyemangati diriku sendiri. Oke gapapa, berusaha tegar padahal amarah ini sudah terkumpul dan siap untuk aku bom, akan tetapi aku berfikir kembali untuk apa aku marah. Marahku tidak akan mengembalikan keadaan, marahku tidak akan membuat balok yang sudah hancur berantakan itu kembali menjadi menara yang ku susun sebelumnya.

Aku tidak langsung menyusunnya kembali, akan tetapi aku berfikir sejenak apa yang menyebabkan balok-balok itu terjatuh, mungkin aku terburu-buru sehingga kurang berhati-hati, dan mulai dari situlah aku menyusun strategi untuk bisa menaklukkan kesalahanku sebelumnya. Eits tapi aku tidak langsung menyusunnya juga setelah menyusun strategi, tetapi aku kembalikan mood ku terlebih dahulu karena aku takut jika moodku sedang buruk akan berdampak pada susunan balok itu juga.

Setelah beberapa waktu berlalu aku memutuskan untuk mencoba kembali. Satu persatu dengan diiringi rasa cintaku aku menyusunnya hingga membentuk menjadi menara sesuai dengan yang ada dalam imajinasiku.

Tidak apa-apa balok jika sebelumnya kau telah mengecewakanku, aku sudah memaafkanmu kok, tetapi aku minta sama kamu kali ini kamu jangan mengulang untuk yang kedua kalinya ya. (Berbicara Sendiri)

Tanpa sengaja pembicaraanku ternyata terdengar oleh temanku, seketika temanku tertawa dan berkata :

"Hey, kamu sehat? Kok berbicara sendiri. Terus itu masih mainan balok-balokan, sekarang kan permainan itu sudah ada di gadget ngapain masih repot-repot main langsung. paling-paling juga abis ini berantakan tuh balok. Ups" (Meledek)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun