Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Rasulullah bersabda, Allah Ta'ala berfirman:
"Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Jika ia berprasangka baik kepada-Ku, maka baginya (kebaikan itu). Jika ia berprasangka buruk kepada-Ku, maka baginya (keburukan itu)."
Kalau diterjemahkan ke bahasa tongkrongan:
"Lu mikir gua baik, ya gua baik sama lu. Lu mikir gua pelit, ya jangan salahin kalau hidup lu ketetesan sial."
Nah, hidup itu sebenarnya sederhana: prasangka apa yang kita tanam, itulah yang kita panen.
Pikiran Adem, Hati Jadi Rileks
Pernah nggak sih ngerasa, begitu bangun pagi suasana hati langsung rusak gara-gara mikirin hal-hal yang belum tentu kejadian? Misalnya, "Aduh, kayaknya hari ini bakal macet parah," atau "Pasti rapat lagi, bikin pusing." Hasilnya? Beneran macet, beneran rapat bikin mumet.
Padahal kalau kita balik mindset: "Ya udah, kalau macet kan bisa sambil dengerin podcast," atau "Kalau rapat paling cuma sejam, abis itu bisa ngopi." Ajaibnya, badan jadi lebih ringan.
Itulah energi prasangka. Bukan mistis, bukan mantra, tapi logika sederhana. Pikiran adem hati tenang ekspresi sumringah orang lain jadi ikut nyaman masalah terasa lebih gampang.
Humor Receh di Kantor dan di Rumah
Kalau di kantor, prasangka baik bisa bikin suasana kerja lebih adem. Contoh: pas mesin absen error. Ada dua tipe orang. Yang pertama langsung misuh-misuh, "Waduh, gara-gara mesin rusak nih, gaji dipotong!" Alhasil mukanya kusut seharian.
Yang kedua santai aja, "Wah, mesin error, berarti ada waktu bonus buat selfie dulu." Senyum dia dapet, suasana nggak jadi tegang, malah akhirnya absennya bisa manual.
Sekarang pindah ke rumah. Humor receh ala keluarga jauh lebih kocak. Misalnya bapak pulang kerja, lihat panci di dapur. Bau masakan enak. Dengan prasangka baik, langsung mikir: "Wah, istriku masak spesial nih." Begitu dicicip... ternyata beli di warteg, cuma dipindah ke panci. Tapi karena prasangkanya adem, tetap aja nasi terasa lebih nikmat.
Anak kecil tuh emang master prasangka baik. Robotnya rusak? Dia nggak nangis drama sinetron. Dia dateng ke bapaknya sambil bilang, "Aku yakin Ayah bisa benerin."
Padahal bapaknya kalau disuruh masang antena TV aja masih miring. Tapi karena anak percaya, bapak jadi semangat. Robot ditempelin isolasi, jeng jeng... bisa berdiri lagi meskipun tangannya udah kayak patung Liberty. Anak ketawa, bapak ikut bangga.
Prasangka baik itu seperti isolasi: sederhana, murah, tapi bisa bikin hidup tetap jalan.
Antara Dapur, Listrik Padam, dan PLN
Humor receh ala emak-emak juga luar biasa. Contoh, listrik padam jam 7 malam. Ada yang langsung prasangka buruk: "Duh, ini pasti PLN sengaja, biar kita susah." Hasilnya satu rumah murung, kipas manual, dan nggak ada yang mau ngobrol.
Tapi ada juga emak-emak tetangga yang beda vibe. Begitu listrik padam, dia bilang: "Nah, PLN kasih kesempatan kita nostalgia kayak zaman kecil. Yuk, main tebak-tebakan sambil lilin nyala." Anak-anak ketawa, suami senyum, malam jadi kenangan. Padahal kondisi sama: gelap gulita. Tapi prasangka berbeda rasa hidup pun berbeda.
Prasangka dan ASN: Tipis-tipis Aja
ASN kadang suka jadi bahan guyon. Tapi saya ambil contoh tipis-tipis aja biar adem. Misalnya soal rapat. Kalau prasangkanya buruk: "Waduh, rapat lagi, pasti lama, nggak selesai-selesai." Hasilnya? Ya betul, bawaannya bete.
Tapi kalau prasangka baik: "Ya udah, rapat itu kan ajang silaturahmi, ketemu teman lama, sekalian ngopi gratis." Eh ternyata benar, meskipun lama, tapi pulang bawa good mood.
ASN atau bukan, prinsipnya sama: prasangka baik bikin beban jadi lebih ringan.
Ilustrasi Sehari-hari yang Nggak Jauh dari Kita
Suami-Istri
Suami pulang telat. Istri prasangka baik: "Pasti lembur cari tambahan buat anak-anak." Suami senyum, rumah adem.
Istri lagi belanja lama. Suami prasangka baik: "Pasti lagi nyari diskonan biar hemat." Hasilnya, dompet aman, suasana adem.
Anak Kecil
Anak kecil kalau dikasih PR sulit, sering bilang: "Aku bisa kok, pasti bisa." Dan beneran, akhirnya kelar juga. Bandingin sama orang dewasa yang baru lihat angka rumit langsung nyerah.
Atau pas es krim jatuh, anak kecil prasangka: "Kalau cepet diambil, masih aman kok." Emaknya tepok jidat, tapi lihat wajah polos penuh keyakinan itu bikin hati ikut meleleh.
Tetangga
Kalau tetangga lagi ribut, prasangka buruk: "Wah, pasti mereka nggak akur." Tapi prasangka baik: "Ah, mungkin cuma debat milih lauk makan malam." Hasilnya kita nggak ikut baper.
Sentilan Ringan ala Tongkrongan
Di tongkrongan warung kopi, ada aja yang suka nyinyir: "Ah, hidup makin susah, bos."
Tapi ada juga yang jawab, "Kalau lu mikir susah terus, yang ada makin susah. Coba mikir adem, siapa tahu hidup kasih bonus."
Lalu obrolan ngalir ke hal receh:
Kadang harga kopi naik itu bisa jadi "kode alam" supaya kita pulang ke akar budaya sendiri---minum wedang jahe, teh tubruk, atau sekadar air hangat pakai gula batu.
Kalau mau lebih adem lagi, bisa dibawa ke humor receh:
"Harga kopi naik? Tenang. Mungkin Tuhan lagi kasih kita promo buy 1 get 1 --- beli jahe di pasar, dapat ketahanan tubuh gratis."
Motor mogok sering dianggap bencana kecil. Tapi kalau prasangka adem: "Ah, motor ngajak jalan kaki, biar sehat." Jadi olahraga gratis.
Daripada misuh-misuh di pinggir jalan, lebih baik jalan santai sambil nyanyi. Minimal tetangga lihat kita tetap happy meski dorong motor.
Siapa yang nggak pernah ngalamin gajian telat? Biasanya bikin ngedumel. Tapi kalau prasangka baik: "Mungkin rezeki mau datang lewat jalan lain." Ajaibnya, sering ada aja rezeki nyelip, entah dari proyek kecil atau traktiran teman.
Hidup itu kayak dompet: kalau kita buka dengan hati tenang, selalu ada lembaran yang tersisa.
Humor receh? Iya. Tapi makna ada: hidup terasa lebih ringan kalau prasangka kita adem.
Benang Merah: Hadis Qudsi
Hadis qudsi bilang, "Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku."
Artinya, Tuhan itu seperti cermin. Kita pandang Dia dengan prasangka baik, maka hidup memantulkan kebaikan. Kita pandang dengan curiga, maka dunia terasa penuh kesialan.
Bedanya dengan mindset biasa adalah: prasangka baik itu bukan sekadar "positive thinking" ala motivator, tapi ada unsur spiritual. Kita percaya bahwa Tuhan itu Maha Baik, maka jalan hidup pun ikut terasa lebih baik.
Penutup Manis
Hidup ini memang penuh drama: mesin absen error, listrik padam, anak rewel, istri belanja kelamaan, tetangga gosip, motor mogok. Tapi semua itu bisa jadi cerita lucu kalau dipandang dengan pikiran adem.
Kalau prasangka baik itu ibarat kacamata, maka kita punya pilihan: mau pakai kacamata kusam yang bikin dunia terlihat gelap, atau pakai kacamata bening yang bikin warna hidup lebih cerah.
Jadi, lain kali kalau ada masalah, coba tarik napas, lalu bilang dalam hati:
"Kalau pikiranmu adem, tawamu OK."