Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup di dalam kehidupan.Â
Menurut freud kecemasan merupakan fungsi ego untuk memperingatkan indivdu tentang kemungkinan datangnya suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.Â
Kecemasan sendiri berfungsi sebagai mekanisme yang melindungi ego karena kecemasan memberi sinyal kepada kita bahwa ada bahaya dan jika tidak dilakukan tindakan yang tepat maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan. Dan umumnya seseorang yang mengalami kecemasan biasanya tidak bisa fokus pada suatu hal, sulit berkonsentrasi, dan tidak bisa merasa santai.
Baca juga : Pandemi, Media, dan Kecemasan Sosial
Freud membagi kecemasan menjadi tiga, yaitu:
a. Kecemasan Realitas atau Objektif (Reality or Objective Anxiety)
Suatu kecemasan yang bersumber dari adanya ketakutan terhadap bahaya yang mengancam di dunia nyata. Kecemasan seperti ini misalnya dalam dunia kerja ketika seseorang akan dimutasi dari tempat kerja sebelumnya.
Kemudian ia beranggapan tentang adaptasi lingkungan ditempat barunya , berkaitan dengan rekan kerjanya takut akan tidak diterima hal tersebut lama-kelamaan akan membuat seseorang merasa cemas dan kalau berkelanjutan akan bisa membuat seseorang mengalami depresi ringan.
b. Kecemasan Neurosis (Neurotic Anxiety)
Kecemasan ini mempunyai dasar pada masa kecil, pada konflik antara pemuasan instingtual dan realitas. Anak biasanya dihukum karena secara berlebihan mengekspresikan impuls seksual atau agresifnya itu.Â
Kecemasan atau ketakutan untuk itu berkembang karena adanya harapan untuk memuaskan impuls Id tertentu. Konflik yang terjadi adalah di antara Id dan Ego yang kita ketahui mempunyai dasar dalam realitas.3,4
Baca juga : Guru Ceria dan Bersahabat Solusi Kecemasan Matematika
c. Kecemasan Moral (Moral Anxiety)
Kecemasan ini merupakan hasil dari konflik antara Id dan Superego. Secara dasar merupakan ketakutan akan suara hati individu sendiri. Ketika individu termotivasi untuk mengekspresikan impuls instingtual yang berlawanan dengan nilai moral yang termaksud dalam superego individu itu maka ia akan merasa malu atau bersalah. Pada kehidupan sehari-hari ia akan menemukan dirinya sebagai "conscience stricken".