Mohon tunggu...
Muhammad Afandi Helmi
Muhammad Afandi Helmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Doing better

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga - 20107030061

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pahit Manis Kupat Glabed

14 April 2021   08:54 Diperbarui: 14 April 2021   09:13 951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://food.detik.com/foto-kuliner/d-4713816/menebus-kangen-tegal-dengan-sarapan-ketupat-glabed-yang-gurih-mlekoh/5?zoom

Fajar hari telah lenyapkan kegelapan. Kabut putih bergumpal tebal menghalangi pemandangan. Suara desakan orang lalu lalang mengusik telinga di pagi hari. Matahari pun tak terasa mengintip tidurnya dengan sinar yang menembus dari celah-celah dinding. Diiringi selembar koran bekas yang tertiup terhempas arus angin, dia terbangun. Dia mulai beraktifitas selayaknya orang bekerja. Namun yang menjadi perbedaan antara dia dan mereka-mereka yang kehidupanya jauh di atas adalah mereka tak kan pernah mau bekerja seperti dia yang serabutan demi kelangsungan hidupnya.

Dialah Daryono remaja yang harus merasakan hidup keras di kota kecil nan damai ini, Tegal. Meski kehidupan disini tak seterjal kehidupan di kota metropolitan, Daryono harus banting tulang sendiri untuk mengisi perutnya yang berdendang dikala siang menyapa. Sehari-hari Daryono hanya tidur di lorong ruko yang jauh dari kata layak. Ia hidup sebatang kara, tak tahu arah jalan pulang. Orang tua yang amat Daryono rindukan, telah menelantakannya semenjak Daryono kecil.

Pagi ini, Daryono mulai mencari secerca rezeki dengan mengamen dan kerja serabutan. Meski begitu, Daryono tetap menjadi anak baik nan soleh yang selalu beribadah kepada Tuhahannya. Gitar mungilnya telah siap menemani Daryono untuk menyanyikan berbagai lagu di tempat yang berbeda. Daryono sabar menanti lampu itu berganti warna. Bersama teman-teman senasib seperjuangan, Daryono segera ngacir menuju mobil yang satu ke mobil yang lain, saat lampu lalu lintas berwarna merah untuk memamerkan suara merdunya. Siang nan terik ini, tibalah Daryono pada mobil milik Pak Adi. Daryono menyanyikan lagu yang ia karang sendiri tentang kehidupannya yang kelam.

"Permisi, Pak. Selamat Siang," sapa Daryono.

"Iya, selamat siang," balas Pak Adi sembari membuka jendela mobilnya.

"Sadar pada diri yang kian rapuh, kadang ku termenung di malam mendekam... Sadar pada diri yang makin tertinggal...untuk melangkah meraih masa depan..."

"Kamu ngga sekolah, Dek? Kok ngamen gini?" tanya Pak Adi sembari memberi Daryono dua buah uang koin seribuan.

"Makasih, Pak. Buat makan aja susah, Pak. Boro-boro saya sekolah."

"Saya pengin ngobrol dengan kamu, Dek. Sekaligus untuk memenuhi data penelitian saya. Bisa kita mengobrol di pinnggir sana?"

"Oh... Bisa sekali, Pak."

Pak Adi memarkirkan kendaraannya di pinggir jalan dan segera turun dari mobilnya untuk menemui Daryono.

"Sebelumnya perkenalkan, saya Adi. Apa orang tuamu yang menyuruhmu bekerja?"

"Saya Daryono, Pak. Tidak, Pak. Saya tidak tahu orang tua saya dimana. Saya hidup sendirian disini..."

Daryono pun menceritakan kondisi kehidupannya kepada Pak Adi. Pak Adi merasa tersentuh akan kisah hidup Daryono. Kemudian, ia mengeluarkan dompet yang tersembunyi di sakunya. Ia menyerahkan beberapa lembar uang berwarna merah yang diberikan kepada Daryono. Pak Adi memberikan uang tersebut agar Daryono dapat berusaha sendiri, serta tidak terus menerus hidup montang manting di jalanan. Berbagai motivasi dan wejangan diberikan Pak Adi untuk Daryono. Awalnya, Daryono sangat kaget. Namun, ia bertekad untuk memanfaatkan rezekinya dan merasa bahwa inilah saatnya Daryono merubah nasib.

Terbesit di pikiran Daryono berbagai usaha yang akan ia pilih. Dengan doa dan tekad yang mantap, pilihan Daryono jatuh pada usaha kupat glabed. Alasan Daryono ingin mencoba usaha kupat glabed adalah karena dahulu Daryono pernah kerja serabutan mencuci piring di warung kupat glabed milik Yu Tinah. Ia sering memperhatikan Yu Tinah meracik kupat glabed yang menurutnya tak begitu rumit. Pernah pula Daryono diajak ke rumah Yu Tinah untuk beres-beres di rumahnya. Daryono pun memperhatikan proses pembuatan kupat glabed beserta sayur dan berbagai pelengkapnya. Pilihannya ini dirasa sangat pas, apalagi masih jarang pedagang kupat glabed di wilayah Tegal kala itu.

Daryono segera mendatangi Yu Tinah dan segera menceritakan apa yang telah ia alami. Yu Tinah ikut senang mendengar cerita Daryono. Ia menjelaskan berbagai hal mengenai kupat glabed dan berbagai kunci kesuksesan agar dapat menjadi wirausaha yang sukses. Daryono mendengarkan Yu Tinah dengan seksama dan cermat. Bekal yang diberikan Yu Tinah ini akan sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup Daryono kelak. Ia berjanji tak akan melupakan sosok Yu Tinah dan juga Pak Adi  jika kelak ia telah sukses.

Dengan modal yang tak seberapa dari Pak Adi, Daryono mempersiapkan segala kebutuhan yang ia perlukan untuk membuka warung kupat glabed. Setelah segala persiapan dirasa telah cukup matang, tibalah hari dimana Daryono akan mulai berdagang. Ia memilih berdagang di alun-alun Tegal. Keputusannya tersebut sangatlah tepat karena kondisi alun-alun yang strategis dan selalu ramai. Muncul sosok Daryono dari rumah Yu Tinah di persimpangan jalan mengayuh sepeda ontel tua yang dipinjami Yu Tinah. Dengan goresan kecil dibibirnya, lelaki itu secepat kilat mengayuh sepeda ontel tersebut ke sebuah tempat pembawa rezeki baginya.

Daryono membuka lapak kupat glabed miliknya untuk pertama kali. Harap-harap cemas Daryono menanti kedatangan pembeli pertamanya. Setelah lama menunggu, datanglah sosok wanita remaja nan cantik. Dialah yang akan menjadi orang pertama yang mencicipi kupa tglabed buatan Daryono.

"Selamat siang, Mba. Mau beli berapa porsi?"

"Siang, Mas. Wah... Masnya sumeh banget ya. Saya beli dua porsi saja, Mas."

"Baik, akan saya buatkan segera. Oh iya, karena Mba adalah pembeli pertama saya, saya akan kasih bonus satu porsi untuk Mba."

"Wah, terima kasih banyak loh, Mas."

Sampai malam hari tiba, Daryono telah melayani sembilan orang pembeli. Memang bukanlah angka yang besar. Namun, keadaan tersebut menjadi tonggak awal kesuksesan Daryono..

Berbagai cara Daryono lakukan untuk mengenalkan kupat glabed buatannya kepada khalayak umum. Mulai dari membagikan selebaran, mengikuti berbagai pameran makanan, dan mempromosikan lewat pembeli-pembelinya. Langkah Daryono ini terbilang cukup sukses. Warung kupat glabed Daryono semakin dikenal orang, pelanggan Daryono pun mulai berdatangan. Dua bulan semenjak dibuka, omset penjualan kupat glabednya semakin meningkat. Daryono mulai menyisihkan uangnya itu untuk membeli rumah karena selama ini warungnya juga dijadikan tempat kediamannya. Selama ini rumah Yu Tinahlah yang dijadikan tempat untuk membuat bahan racikan kupat glabed Daryono. Tak enak hati Daryono jika ia terus menerus merepotkan Yu Tinah. Daryono ingin hidup mandiri pula. Berbekal omset yang ia sisihkan selama satu tahun, Daryono dapat membeli sebuah rumah sederhana yang merupakan cerminan perjuangan Daryono dalam meniti karier.

Menjalankan usaha memang tak semulus apa yang tersirat di benak, banyak hambatan dan rintangan yang harus dihadapi Daryono dalam berdangang. Seperti saat ini, Daryono mendengar fitnah yang menerpa dirinya. Ada yang mengatakan, bahwa iga sapi yang digunakan untuk membuat sayur kupat glabednya berasal dari sapi glonggongan. Sehingga hal tersebut membuat dagingnya terlihat besar. Namun, itu  semua hanyalah fitnah yang disebarkan oleh pesaing Daryono semata. Setelah adanya fitnah tersebut, Daryono menjelaskan bahwa iga sapi yang dia gunakan adalah iga asli sapi segar yang asli. Daging yang besar dan bertekstur padat ini berasal dari indukan sapi dengan kualiatas yang bagus. Dengan penjelasan Daryono tersebut, lambat laun fitnah tersebut tergerus oleh waktu. Pelanggan Daryono kembali meningkat.

Telah lama Daryono merasa bosan dengan kesendiriannya. Hari-harinya terasa kosong bagaikan ruang hampa tak bertuan. Ia mendambakan sosok yang dapat membuat harinya lebih berwarna. Rasa yang telah pendam, tak berani ia ungkapkan kepada sang pujaan. Namun, hari ini Daryono akan memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaan kepadanya. Derap langkah Daryono membbawa dirinya menuju rumah sang pujaan, Marwati. Marwati adalah sosok yang menjadi pembeli pertama di warung kupat glabed milik Daryono. Perempuan cantik itu tak pernah Ia lupakan sejak kedatangan pertamanya. Senyum dan parasnya selalu berlari-lari di pikirannya. Tak biasanya terdengar ketukan pintu di pagi hari uyyang membuat Marwati terperanjak dari lamunannya. Segera ia berlari dengan pontang-panting untuk membuka pintu.

"Eh, Mas Daryono. Kok tumben pagi-pagi udah ke sini. Ada apa, ta? "

"Ada yang ingin aku bicarakan padamu, Ti."

"Apa ta, Mas? Kok kayane serius banget."

"Jadi gini,  Ti. Sebenarnya aku telah memendam perasaan kepadamu sejak lama. Tapi, sungguh ku tak berani mengungkapkannya. Aku telah jatuh cinta kepadamu, Ti. Nek jare wong Jawa kuwi, witing tresna jalaran saka kulina. Kebiasaane dewek sering ketemu nggawe aku makin tresna karo kowe, Ti."

"Ng... piye ya, Mas... Aku ya sebenere nyimpen perasaan karo kowe. Cuma karena aku wedok gengsi ta arep ngomong disit."

"Halah kowe ana gengsi-gengsi ana apa haha. Ti..."

"Iya, Mas?"

"Maukah kkamu menjadi isteriku?"

"Jelas maulah, Mas. Aku akan terus selalu bersamamu apa pun keadaannya."

Kemudian, menikahlah Daryono dengan Marwati. Hari bahagia itu menjadi sejarah dalam kehidupan mereka. Kehidupan awal mereka sangat bahagia. Marwati selalu memotivasi dan menyemangati Daryono saat ia bekerja. Terkadang ia juga membantu Daryono dalam berdagang apabila warungnya sedang ramai. Pundi-pundi kekayaan mereka pun bertambah. Kini, kehidupan Daryono semakin bahagia. Kesuksesannya semakin menanjak. Namun, ia tak lupa diri. Daryono selalu mendatangi Yu Tinah walau hanya sekedar menanyakan kabar. Namun sayang,Daryono tak tahu keberadaan Pak Adi sekarang. Daryono hanya membalas jasa beliau dengan selalu menyebutkan dalam setiap doa yang tercurah dari bibirnya.

Saat sang raja cahaya mulai terlihat dari tempat persembunyiannya dan terdengar lantunan kokok ayam, Daryono memulai rutinitasnya. Dengan diiringi doa dan langkah mantap, Daryono membuka lapak kupat glabed miliknya. Daryono merasa semakin hari ia merasa semakin aneh dengan warungnya. Walaupun sang surya semakin menampakandiri pada dunia, tak satupun orang terlihatmendataangi warung kupat milik Daryono. Memang, akhir-akhir ini Daryono merasa warungnya sedang sepi pembeli. Berbagai spekulasi pun berkutat di pikirannya. Namun, satu dugaan yang paling kuat yaitu karena dibukanya warung kataglabed di seberang warung milik Daryono. Warung tersebut terbilang tidak terlalu dekat dengan kepunyaan Daryono, tetapi banyak pelanggan Daryono yang akhirnya berpindah selera. Ia pun mencoba bersabar dan terus bertawakal. Akhirrnya, tepat saat matahari berada pada garis lurus kepala, datanglah satu pembeli. Daryono menyapa dan melayaninya dengan ramah. Daryono sangat bersyukur karena ia masih bisa membuat dapur rumahnya terusmengepul. Kemudian, datanglah pmbeli-pembeli selanjutnya. Total pembeli yang telah Daryono layani hanyalah lima orang. Meski Daryono merugi dan merasa sedih, ia tetap bersyukur dan mencoba untuk menyisikhkan sebagian rezekinya hari ini.

Semakin hari, warung Daryono semakin sepi. Pendapatannya terus menurun. Hal ini membut Daryono akhirnya berhutang pada Pak Tono, orang terkaya di lingkungan rumahnya. Tak ada pilihan lain baginya. Usahanya ini harus terus berjalan. Keadaan Daryono semakin terpuruk dengan berubahnya sikap sang isteri. Setiap Daryono pulang dari warung, Marwati selalu marah karena uang yang Daryono berikan kkepadanya tak sebesar dulu. Berangsur-angsur aset milik Daryono pun raib dijual sang isteri dengan alasan ia tak punya uang untuk memberi makan keluarga. Banyak pula aset yang harus Daryono jual untuk menutupi hutangnya. Akhirnya, Daryono pun sampai pada titik batas kesabarannya. Sungguh ia merasa telah salah memilih Marwati untuk menjadi teman hidupnya. Janjinya dulu yang mengatakan bahwa ia akan terus selalu bersama Daryono apapun keadaan mereka, hanyalah janji palsu belaka. Daryono mulai menyadari bahwa Marwati hanya memanfaatkan kekayaannya. Ditambah lagi dengan Allah belum memberikan mereka keturunan, membuat kehidupan mereka semakin tak karuan. Marwati memilih untuk pergi sementara waktu meninggalkan Daryono.

Pikiran yang berat ini, membuat Daryono jatuh sakit. Dokter memfonisnya  penyakit hipertensi. Daryono harus berbaring di rumah untuk sementara waktu. Ia pun tak dapat mencari nafkah. Marwati yang seharusnya mendampingi Daryono malah entah hilang kemana. Setelah sembuh, Daryono mencoba untuk tetap mempertahankan warung kupat glabednya  Dengan keadaan yang semakin tak karuan,  Daryono tak sepenuh hati dalam membuat kupat glabed. Banyak pelanggan yang mengeluh karena masakannya tak seenak dahulu.

Perasaan memang dapat membuat segalanya menjadi berubah dan berbeda.Daryono pun tak ingin hal ini terus-menerus menimpa dirinya. Jika hal ini terus terjadi, semakin lama usahanya akan mengalami kebangkrutan. Sebelum hal tersebut terjadi, Daryono memutuskan untuk segera menutup warungnya dan memindah warung tersebut ke Jakarta. Ia harus bangkit dan tetap mempertahankan apa yang telah ia perjuangkan dahulu yaitu usaha kupat glabed. 

Saat isterinya pulang ke rumah, Daryono langsung pamit kepada isterinya untuk berkelana merantau ke kota metropolitan. Daryono ingin memperbaiki kehidupannya dan ingin menengkan pikirannya. Dengan berat hati, Daryono meninggalkan Marwati yang entah bagaimana perasaan yang sesungguhnya ia rasakan. Daryono tak yakin ia pergi untuk kembali, karena yang terbesit di pikirannya hanya pergi dari kota ini. Tak peduli bagaimanna respon Marwati, Daryono langsung melangkahkan kaki untuk mengejar kehidupan barunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun