Mohon tunggu...
Fahad Adzriel
Fahad Adzriel Mohon Tunggu... Mahasiswa Islamic Studies of International Open University (Indonesia) Gambia, Afrika

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Opini Jelek Dunia Fabel: Terima Aku Saat Masih Merintis Demi Kelanggengan

11 Oktober 2025   07:10 Diperbarui: 12 Oktober 2025   03:41 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di hutan yang rimbun, hiduplah seekor Landak Muda bernama Lando. Sejak kecil, Lando percaya pada mitos keluarga: "Landak yang bijak harus mencari pasangan sejak durinya masih lunak, sebelum jadi keras dan menakutkan."

BABAK 1: PENCARIAN JAMINAN

Setiap hari Lando berkeliling hutan dengan duri yang sengaja dikembang-kempiskan. "Aku mencari yang mau menerimaku dalam keadaan seperti ini," katanya pada Burung Gereja yang bertengger di ranting.

"Kau mencari apa, Lando?" tanya Kupu-kupu Muda bernama Kupu yang kebetulan lewat.

"Aku mencari yang tidak akan lari ketika nanti duriku semakin tajam," jawab Lando polos.

Kupu, yang masih takut terbang tinggi, merasa cocok. "Aku juga mencari yang tidak akan menuntutku terbang tinggi," katanya.

Mereka pun sepakat untuk "mengamankan" satu sama lain.

BABAK 2: KENYAMANAN YANG MEMBATASI

Mereka membangun sarang di semak rendah. Lando merasa aman karena Kupu tidak pernah memintanya mengasah duri. Kupu merasa nyaman karena Lando tidak pernah mendorongnya untuk terbang.

Suatu hari, Elang Bijak melihat mereka. "Mengapa kau tidak mengajarkan durimu untuk lebih teratur, Lando? Dan Kupu, bukankah sayapmu diciptakan untuk terbang?"

Lando menjawab dengan defensif, "Dengan begini, Kupu tidak akan pernah meninggalkanku ketika duriku sempurna nanti!"

Kupu menambahkan, "Dan dengan begini, Lando tidak akan pernah menuntutku terbang tinggi!"

BABAK 3: PENDERITAAN YANG DIABAIKAN

Musim berganti. Duri Lando tumbuh tidak teratur, justru sering melukai Kupu tanpa sengaja. Sayap Kupu mulai layu karena tidak pernah digunakan.

"Mungkin kita harus belajar " kata Kupu suatu hari.

"Tidak!" potong Lando. "Ini sudah cukup baik. Aku menerimamu apa adanya, kau harus menerimaku apa adanya."

Tapi diam-diam, Kupu memandang iri pada kupu-kupu lain yang bebas terbang. Lando juga sebenarnya malu melihat landak lain yang durinya berkilau dan tertata rapi.

BABAK 4: KEBENARAN YANG MENYADARKAN

Suatu badai datang. Sarang mereka yang rendah terendam banjir. Kupu berusaha terbang menyelamatkan Lando, tapi sayapnya terlalu lemah. Lando berusaha melindungi dengan durinya, tapi justru membuat Kupu terjebak.

Berang-berang yang lewat membantu mereka. "Masalahmu bukan pada badai," katanya. "Tapi pada sarang yang kalian bangun terlalu rendah, dan pada ketakutan kalian untuk berkembang."

Dengan lembut Berang-berang menjelaskan: "Hubungan sejati itu seperti sarangku---dibangun sedikit demi sedikit, dengan bahan terbaik, di tempat yang tepat. Bukan buru-buru dibuat karena takut ditinggal."

BABAK 5: KEBERANIAN UNTUK BERTUMBUH

Mereka berpisah sementara waktu. Lando belajar pada landak tua tentang seni mengendalikan duri---bahwa duri bukan untuk ditakuti, tapi untuk diatur. Kupu berlatih terbang secara bertahap, mulai dari ketinggian semak sampai akhirnya bisa mencapai pucuk pohon.

Enam musim berlalu. Mereka bertemu kembali di bukit tempat pertama kali bertemu.

"Maafkan aku," kata Lando. "Dulu aku mencari jaminan karena takut tidak cukup baik."

"Maafkan aku juga," kata Kupu. "Aku mau jadi jaminanmu karena takut tidak bisa terbang."

Sekarang, Lando dengan duri yang berkilau dan tertata rapi, dan Kupu dengan sayap yang kuat dan indah, memandang satu sama lain dengan mata baru.

MORAL CERITA

Di bawah cahaya bulan, Elang Bijak berbisak:

"Cinta bukan tentang mengikat sejak dini karena takut berubah.

Bukan tentang mencari yang mau menerima kekurangan selamanya.

Cinta sejati lahir ketika dua makhluk sudah berani berdiri sendiri,

lalu memilih bersama untuk terbang lebih tinggi

bukan saling membelenggu di tanah."

Dan untuk pertama kalinya, Kupu benar-benar terbang bebas, dengan Lando yang tidak lagi takut kehilangan, karena yakin bahwa diri mereka yang terus bertumbuh adalah jaminan terbaik untuk tetap bersama.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun