Kupu menambahkan, "Dan dengan begini, Lando tidak akan pernah menuntutku terbang tinggi!"
BABAK 3: PENDERITAAN YANG DIABAIKAN
Musim berganti. Duri Lando tumbuh tidak teratur, justru sering melukai Kupu tanpa sengaja. Sayap Kupu mulai layu karena tidak pernah digunakan.
"Mungkin kita harus belajar " kata Kupu suatu hari.
"Tidak!" potong Lando. "Ini sudah cukup baik. Aku menerimamu apa adanya, kau harus menerimaku apa adanya."
Tapi diam-diam, Kupu memandang iri pada kupu-kupu lain yang bebas terbang. Lando juga sebenarnya malu melihat landak lain yang durinya berkilau dan tertata rapi.
BABAK 4: KEBENARAN YANG MENYADARKAN
Suatu badai datang. Sarang mereka yang rendah terendam banjir. Kupu berusaha terbang menyelamatkan Lando, tapi sayapnya terlalu lemah. Lando berusaha melindungi dengan durinya, tapi justru membuat Kupu terjebak.
Berang-berang yang lewat membantu mereka. "Masalahmu bukan pada badai," katanya. "Tapi pada sarang yang kalian bangun terlalu rendah, dan pada ketakutan kalian untuk berkembang."
Dengan lembut Berang-berang menjelaskan: "Hubungan sejati itu seperti sarangku---dibangun sedikit demi sedikit, dengan bahan terbaik, di tempat yang tepat. Bukan buru-buru dibuat karena takut ditinggal."
BABAK 5: KEBERANIAN UNTUK BERTUMBUH