Mohon tunggu...
Adriyanto M
Adriyanto M Mohon Tunggu... Menyimak Getar Zaman, Menyulam Harapan

Ruang kontemplasi untuk membaca dinamika dunia dengan harapan dan semangat, merangkai ide dan solusi masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[FULL NOVEL] PENDHARAKA: Fantastic Four Nusantara - Bab 27

1 Juli 2025   13:21 Diperbarui: 2 Juli 2025   18:33 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Novel Superhero Indonesia: "PENDHARAKA: Fantastic Four Nusantara"

Dalam sekejap, pertempuran itu terpecah menjadi dua front.

Di atas kapal hitam, Tanah dan Api kini bertarung bahu-membahu, punggung saling melindungi. Mereka dikepung, tetapi mereka adalah badai di tengah kepungan itu. Tanah menjadi benteng. Setiap hentakan kakinya membuat geladak di bawah para prajurit bergetar, membuat mereka tersandung. Dengan satu gerakan tangan, ia membuat sebagian kecil geladak berubah menjadi lumpur lengket, menjebak kaki seorang prajurit. Api, di sisi lain, menjadi ujung tombak. Ia bergerak lincah, menari di antara musuh, tinjunya diselimuti api biru. Ia tidak membakar mereka sampai mati, melainkan menggunakan semburan api pendek untuk melumpuhkan, memukul mundur, dan menciptakan ruang bagi mereka berdua.

Sementara itu, di atas perahu cadik yang terombang-ambing, Gayatri dan Tirta menghadapi ancaman yang lebih besar. Kedua kapal hitam itu, setelah pulih dari dorongan gelombang Tirta, kini mulai bermanuver untuk kembali mengepung mereka. Gayatri menggunakan hembusan angin yang kuat untuk mendorong perahu mereka menjauh dari jangkauan para pemanah tombak. Tirta, dengan wajah berkonsentrasi penuh, mengubah permukaan laut di sekitar mereka menjadi medan perang. Ia menciptakan semburan-semburan air bertekanan tinggi yang menghantam kapal-kapal itu, mencoba memperlambat laju mereka. Pertarungan itu seperti pertarungan antara dua ekor ikan paus raksasa dengan seekor lumba-lumba yang lincah dan cerdik.

Namun, keseimbangan yang rapuh itu tidak bertahan lama.

Dari dalam kabut hijau yang pekat, sebuah kapal ketiga muncul. Kapal ini lebih besar, lebih megah, dan lebih mengintimidasi daripada dua kapal lainnya. Di haluannya yang diukir seperti kepala seekor garuda laut, berdiri sesosok pria.

Ia tidak berbadan besar, malah cenderung ramping, tetapi setiap gerakannya memancarkan aura efisiensi yang mematikan. Ia mengenakan baju zirah kulit hitam yang diperkuat dengan lempengan-lempengan dari koral hijau yang sama seperti liontin yang mereka temukan. Di pinggangnya terselip sepasang keris dengan bilah hitam legam. Wajahnya tampan dengan cara yang dingin dan tajam, matanya setajam mata burung elang, tanpa emosi. Inilah dia, Laksamana Alap-Alap.

Ia menatap pertempuran itu dengan ketenangan seorang ahli catur. Melihat kedua abdinya kewalahan menghadapi Tanah dan Api, ia melompat. Lompatannya luar biasa jauh, ia terbang melintasi jarak dua puluh meter antar kapal, mendarat di geladak yang sedang bergejolak dengan keheningan seekor kucing.

Para prajurit hitam langsung memberinya jalan. Sang Laksamana mengabaikan mereka, matanya terpaku pada Tanah dan Api.

"Kalian punya kekuatan," katanya, suaranya dingin dan bergema, memotong hiruk pikuk pertempuran. "Sebuah anugerah dari semesta. Tapi kalian menggunakannya untuk membela hama yang mengotori lautan."

"Kaulah hama di sini!" balas Api, melesatkan sebuah bola api ke arahnya.

Alap-Alap bergerak. Ia tidak menghindar. Dengan satu gerakan pergelangan tangan yang mengalir, ia mencabut salah satu keris hitamnya dan menangkis bola api itu. Terdengar suara desis saat sihir api bertemu dengan logam gaib, dan bola api itu pecah menjadi percikan-percikan tak berbahaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun