Mohon tunggu...
Adriyanto M
Adriyanto M Mohon Tunggu... Menyimak Getar Zaman, Menyulam Harapan

Ruang kontemplasi untuk membaca dinamika dunia dengan harapan dan semangat, merangkai ide dan solusi masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

[FULL NOVEL] PENDHARAKA: Fantastic Four Nusantara - Bab 11

10 Juni 2025   16:54 Diperbarui: 20 Juni 2025   09:48 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Novel Superhero Indonesia: "PENDHARAKA: Fantastic Four Nusantara"

Nyai Ratna!

"Ibu!" pekik Angin, antara terkejut dan lega.

Nyai Ratna, dengan pakaian tempur sederhana namun gesit, bergerak lincah membantu mereka. Ia sepertinya telah mengikuti Angin dari jauh, atau mungkin firasat seorang ibu dan mantan prajurit elit membuatnya selalu waspada. Ia berteriak memberi komando, menunjukkan jalur pelarian lain yang tak mereka ketahui, sebuah celah sempit di antara bebatuan yang tertutup semak belukar.

"Cepat! Ikuti aku!" serunya.

Mereka berempat, dengan sisa tenaga, mengikuti Nyai Ratna, sementara Pangeran Wirasakti hanya memandang dari kejauhan, ekspresinya tak terbaca, tak membantu, namun juga tak menghalangi pelarian mereka dari VOC secara aktif. Apakah ini juga bagian dari rencananya?

Namun, kebebasan itu harus dibayar mahal. Saat mereka hampir mencapai tempat aman, sekelompok serdadu VOC yang lain berhasil mengepung dari arah berlawanan. Tembakan dilepaskan. Nyai Ratna, yang melihat sebuah senapan diarahkan tepat ke Angin, tanpa ragu mendorong putrinya itu menjauh.

DOR!

Peluru itu menembus dada Nyai Ratna.

"IBUUU!!!" Jeritan Angin melengking memilukan, lebih sakit dari luka fisik mana pun.

Nyai Ratna tersenyum tipis ke arah Angin, tangannya mencoba menggapai pipi putrinya. "Pergilah... Nak... hiduplah... kau... harapan..." kata-katanya terputus oleh batuk darah. Ia rubuh di pelukan Angin.

Api dan Tanah menarik Angin yang histeris, sementara Tirta menahan laju serdadu VOC dengan gelombang air dadakan dari sebuah mata air kecil di dekat sana. Kematian Nyai Ratna, pengorbanan terakhirnya, memberi mereka beberapa detik berharga untuk meloloskan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun