“Benarkah akan datang jodoh untukku, nek?”
“Nah, jadi benar kenapa wajahmu coreng moreng. Kamu berputus harapan. Itu sama dengan mencoreng wajahmu sendiri. Sudah kubilang berhiaslah, agar kau pantas berharap. Semoga yang datang adalah laki-laki yang melihat kecantikan batinmu yang kamu hias.”
Oh, kapankah itu akan terjadi. Seorang laki-laki datang, menyunting gadis tua bermata juling ini. Jika benar-benar datang, tentulah itu sebuah keajaiban. Ah, yang ajaib ternyata bukan hanya tentang hal-hal aneh di luar akal, datangnya jodoh adalah keajaiban bagi gadis tua dengan sepasang mata juling sepertiku.
“Berhias ya, Ndhuk. Kata Mbah Kaji Sono, itu juga cara untuk merayu Gusti Allah agar Dia kesengsem dan segera mengirimkan jodoh untukmu. Katanya, Gusti Allah senang dengan yang cantik-cantik.”
Aku tak tahu bagaimana caranya berjanji kepada nenek untuk berhias. Bangun Subuh begitu beratnya. Subuh adalah saat di mana tidur sedang mencapai puncak kenikmatannya. Di umur tiga puluh lima, sebagai seorang gadis, sebagai seorang perempuan, aku masih harus dibangunkan berkali-kali. Karena itukah wajahku coreng moreng? Karena itukah maka belum seorang laki-laki datang?
“Sebelum aku mati, aku ingin melihatmu rabi dan anak-anak,” kata nenek sembari bangkit untuk mengambil kotak sirihnya.
Aku diam, dan, ingin berjanji.
......
Kisah selanjutnya : Perawan Si Pelayan
Kiwan : Bilik mandi / tempat mencuci di belakang atau samping rumah
Langgar : Mushola