Mohon tunggu...
Brader Yefta
Brader Yefta Mohon Tunggu... Administrasi - Menulis untuk berbagi

Just Sharing....Nomine Best in Specific Interest Kompasiana Award 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Orangtua Membandingkan Anaknya dengan Anak Tetangga

21 Juli 2021   22:36 Diperbarui: 7 Agustus 2021   23:12 968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak-anak bermain. Orangtua baiknya tidak selalu membandingkan pencapaian anak dengan orang lain| Sumber: Shutterstock via Kompas.com

Sehingga kecerdasan ini, rasanya wajib dimiliki oleh siapapun. Karena seperti pepatah, life is never flat... Kadang di atas, kadang di bawah ibarat roda kendaraan yang terus berputar. 

4. Tiap anak punya rezeki masing-masing

Dengan bakat dan kecerdasan yang beragam, setiap anak akan punya jalan hidup sendiri, rezeki sendiri dan masa depan yang bisa saja tak sama dengan latar keluarga.

Mereka akan tumbuh dan dewasa di era yang mungkin berbeda dengan zaman orangtua dulu. Contoh paling nyata era sebelum pendemi dan setelah pandemi. 

Bekerja dari rumah akan jadi tren di masa depan menggantikan bekerja dari kantor. Ini akan membuka potensi karier dan rezeki yang beragam pada kehidupan anak-anak karena teknologi dan gaya hidup juga berubah. 

Bagian orangtua mungkin mengarahkan dan memberi pilihan, bagian anak-anak adalah memilih dengan mengenali plus minus dirinya dan bertanggung jawab dengan pilihannya. 

5. Orangtua yang menilai anaknya tak sebaik anak lain, hanya membebani diri mereka sendiri. 

Banyak orang membawa beban dalam hidup mereka, bukan karena orang lain tapi karena standar yang mereka tetapkan tak tercapai. Ketika orangtua menginginkan anaknya harus seperti anak tetangga sebelah, hanya akan berakibat pada dua hal. 

Pertama, bila tak kesampaian akan membuat anak merasa bersalah tak bisa menjadi seperti idealisme orangtua. Kecewa terhadap dirinya. Seperti yang dirasakan Si Wani. 

Kedua, orangtuanya yang stres dan kecewa. Akhirnya jadi pahit sama anak sendiri. Bawaannya jengkel sehingga rasa sayang bisa jadi berkurang seperti Pak Rudy. Ujung-ujungnya bisa salah paham dengan pasangan, gara-gara standar yang dibuat sendiri. 

Bahaya lho jangka panjangnya... Bagaimana menurut Anda? 

Salam, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun