Mohon tunggu...
Adi Triyanto
Adi Triyanto Mohon Tunggu... Buruh - Buruh Sebuah Perusahaan swasta Di Tambun- Bekasi-Jawa Barat

Lahir Di Sleman Yogyakarta Bekerja dan tinggal Di Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Anak SD Berseragam Celana Biru SMP

22 November 2023   09:59 Diperbarui: 22 November 2023   09:59 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Dari kelas tiga sampai kelas enam, Gotri menjadi anak manis dan menjadi kesayangan guru. Dari kelas tiga Gotri menjadi wakil sekolahan nya ketika ada lomba lomba  di tingkat kecamatan. Ada lomba menulis halus. Ada lomba cerdas cermat. Baik cerdas cermat mata pelajaran umum maupun cerdas cermat khusus pelajaran agama. Yang dikenal dengan istilah CCA. Ada juga lomba olahraga. Yang terkenal yaitu olahraga kasti dan sepakbola.

Waktu di kelas tiga, Gotri pernah ditunjuk memimpin teman-temannya sekelas untuk melayat ke rumah guru yang bapaknya meninggal. Jaraknya sekitar 2 kilometer dari sekolahan. Ada satu pesan  dari seorang guru senior , kalau ditawari minuman dan makanan jangan mau ,dan segera minta ijin untuk kembali ke sekolah. Rombongan anak berjumlah sekitar 40 anak itupun bergerak menyisir jalan tepi jalan beraspal. Kemudian masuk ke jalan jalan di perkampungan.

Setelah melewati tiga kampung sampailah rombongan itu di alamat yang dituju. Melihat ada anak -anak didiknya datang , sang guru menyiapkan hidangan untuk obat haus dan lelah habis berjalan kaki cukup jauh. Tawaran minum dan makan snack raoti berjalan cukup cepat, bahkan ketika semua rombongan belum lengkap masuk ke dalam rumah pak Guru yang berduka. Tidak mungkin Gotri minta ijin balik sekolah ketika teman --temannya belum semua masuk ke dalam . Dan tidak mungkin juga hidangan yang sudah  disiapkan ditinggal begitu saja.  Gotri menyampaikan maksud kedatangan dia dan teman-temannya, untuk turut  berduka cita . Namun ketika Gotri mau minta ijin kembali ke sekolah pak Guru yang sedang berduka tidak mengijinkan. Anak anak tidak boleh balik ke sekolah sebelum hidangan minuman dan makan dinikmati dulu. Dasar anak anak kelas tiga SD bukannya ikut bersedih malah bersuka ria makan dan minum apa yang dihidangkan. Padahal tadi hanya nyumbang ala kadarnya sesuai uang jajan yang dibawa dari rumah. Gotri pun merasa gagal mengemban misi dari sekolahan. Namun demi melihat teman temannya menikmati hidangan dengan senang hati, Gotri masih bisa tersenyum kecil. Bagi anak kelas tiga SD jarak tempat melayat itu memang cukup jauh. Mereka butuh makanan dan minuman untuk obat lelah.

Karena keunggulannya itu , Gotri menjadi murid kesayangan Guru. Dan di kelas enam, prestasinya makin terlihat. Bahkan ada seorang gurunya yang sangat memahami kemampuannya tersebut. Ketika ada kegiatan tambahan jam belajar untuk persiapan ujian nasional, gurunya itu membebaskan. Mau ikut boleh tidak juga tidak apa apa. Gurunya sudah sangat percaya dengan kemampuan Gotri. Bahkan  gurunya sering meminta Gotri membantu pekerjaan rumah, seperti mengantar pesanan atau mengambil  barang yang kelupaan di rumah gurunya.

Dan ketika ujian pra EBTA ditingkat propinsi nilai Gotri  9 di lima mata pelajaran sang Guru tidak heran. Sang guru hanya bergumam; "wajar". Ketika ujian Evaluasi belajar tahap akhir Nasional (Ebtanas) selesai  dan  nilainya diumumkan, maka nilai Gotri menjadi nilai tertinggi di SD tempat Gotri bersekolah selama EBTANAS diadakan.

Dari semua peristiwa yang terjadi,  masalah seragam yang sangat dikenang. Gotri adalah siswa yang taat . Apa yang diatur oleh sekolahan akan dipatuhi. Namun ketika kelas enam, ada pertumbuhan fisik yang cukup besar. Ini mengakibatkan seragam khususnya celana terasa sesak kalau dipakai. Yang berakibat tidak nyaman dirasakan . Apalagi harus seharian dipakai.


Mau beli baru tanggung. Selain juga karena kondisi keuangan orang tuanya yang  mepet untuk membeli seragam yang baru  lagi. Gotri harus mencari jalan keluar. Bukan maksud untuk melanggar peraturan  sekolah. Namun juga bukan karena sengaja untuk bergaya. Dalam kondisi tidak  ada pilihan , maka Gotri terpaksa memakai celana seragam kakaknya yang sudah SMP.   Celana itu bagus modelnya. Bagus juga bahannya. Dan yang terpenting enak dipakai. Ada 2 celana lagi.

Sebagai bentuk rasa patuhnya terhadap aturan sekolah , Gotri tetap memakai seragam celana merahnya setiap hari senin, karena ada  upacara bendera. Meski perutnya terasa tersiksa. Celana merah itu mengikat kencang perutnya dan paha kakinya yang mulai tumbuh membesar. Satu tahun setelah Gotri disunat.

Namun di hari lain Gotri terpaksa memakai celana seragam SMP kakaknya yang sudah tidak dipakai lagi. Demi sedikit melonggarkan badannya dari siksaan. Konsekwensinya dia tidak bisa  banyak bergaya seperti biasanya. Saat di kelas, Gotri pun duduk manis di mejanya. Tidak aktif bergerak dan menonjolkan diri ketika guru bertanya . Meski dia bisa menjawabnya dengan mudah . Tentu agar celana birunya tidak terlihat gurunya.

Dan saat  istirahat Gotri biasanya duduk di tepi sungai kecil yang ada di belakang sekolah. Sambil merendam kakinya di air yang mengalir. Bersama dua atau tiga temannya. Berendam kaki, lewat pematang sawah, hal yang wajar saat itu. Karena murid murid ke sekolah tidak bersepatu . Semua bertelanjang kaki. Gotri tidak ikut bermain main di lapangan bersama teman yang lain.  Celana biru itu telah membatasi gerakannya bersama teman-temannya. Tiap hari selasa dan rabu menjadi harinya bersatu dengan alam di belakang sekolahan. Gotri berasa sudah menjadi anak SMP. Meski masih duduk di kelas enam SD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun