Mohon tunggu...
Adila Huwaida
Adila Huwaida Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemandu Wisata Amatir di Hutan Konservasi

11 November 2018   08:40 Diperbarui: 11 November 2018   14:15 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak perlu lama mencari Her untuk menanyakan nomer telepon keluarganya, saking dekatnya aku dengan Her bahkan nomer telepon keluarganya sudah kuhafal diluar kepala. Ini semua terjadi karena aku juga tahu, bahwa istri Her mempunyai kebiasaan buruk yaitu selalu berpikir negatif jika Her pergi dengan waktu lama tanpa memberi kabar padanya. 

Terkadang, karena itu pula Her selalu kerepotan untuk mencuri waktu disela kesibukannya. Walau begitu, aku telah berjanji dengan Her untuk menutup mulut tentang masalah keluarganya yang satu ini. Ia benar-benar tak ingin istrinya dipandang jelek oleh orang lain.

18:15

Anggi memainkan peluit yang diberi sang penjaga. Tangannya mencoret-coret beberapa paragraf berisi pengalamannya hari ini. Sedangkan Lukman tak henti mengintip jam tangan yang dikenakannya, menunggu motor sang penjaga untuk kembali menjemput.

Tak lama, suara mesin semakin mendekat. Lukman meminta Anggi untuk bersiap, tapi Anggi justru menolak. Ia tak ingin kembali ke pondok sekarang juga, karena ide-ide menulisnya sedang bermunculan saat ini. Lukman lekas melihat Her, lalu memutuskan untuk mendahulukan Her karena wajahnya yang semakin pucat. Her hanya mengangguk pelan, lantas berangkat menaiki motor tersebut.

Fred telah menata sebuah tikar dan selesai meramu beberapa obat untuk berjaga-jaga. Ia juga menabur garam disekeliling tikar agar hewan malam tak berani menyentuh kawasan mereka.

Selesai mengurus semua komunikasi dengan ponsel, aku mengembalikan ponsel Lukman kepada Prita.

Prita membawa 2 ponsel yang baterainya tersisa 30%, juga snack kesukaan anaknya. Membuat Prita menemani Kevin dengan cahaya senter dari ponselnya. Telah mengijinkan aku dan Fred untuk kembali menemui rombongan lain menggunakan senter yang dibawa Fred.

Selagi Fred menuntun jalan dengan senter, Fred menyuruhku untuk menandai jejak menggunakan seutas rafia dari tas ranselnya. Aku menurut, terhenti beberapa kali untuk mengikat rafia merah ke ranting pohon.

18:20

Sesampainya di minibus, aku teringat percakapan Prita dengan Kevin yang akan naik pesawat pada pukul 7:00 keesokan paginya, aku segera berbicara dengan Lukman agar bisa menunggu mobil sedan di tempat Prita dan Kevin. Karena petunjuk rafia yang ada, aku dan Lukman sedikit berlari agar mencapai tujuan dengan cepat. Sedangkan Fred dan Anggi, masih menunggu motor bergilir untuk mengantar mereka ke pondok. Ditemani oleh cahaya lampu minibus dengan mesin yang sedang berjalan. Tentunya Fred juga menaburkan garam yang tersisa disekitar minibus tua itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun