Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Siapa Bilang Menjaga "SSK" Cuma Jadi Tugas Pemerintah?

9 Mei 2020   09:01 Diperbarui: 10 Mei 2020   16:01 634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nangkring Kompasiana Bersama Bank Indonesia pada Tahun 2019/ sumber: dokumentasi Adica

Setiap saya berkunjung ke tokonya, wajah Mang Tatang (bukan nama sebenarnya) terlihat sendu. Nyaris tak ada canda-tawa seperti sebelumnya. 

Obrolan yang terjadi di antara kami juga terkesan "kering". Jika ada yang dibahas, topik yang muncul pun selalu sama, yaitu penurunan omzet akibat wabah Corona.

Mang Tatang adalah salah satu pelaku UMKM yang merasakan dampak wabah Corona secara langsung. Selain berkurangnya pendapatan, ia juga mengeluhkan persoalan lain, seperti menumpuknya utang usaha, pembatasan jam buka toko akibat PSBB, hingga pusingnya memikirkan kebutuhan jelang lebaran.

Alhasil, ia jadi susah tidur nyenyak karena galau membayangkan "skenario terburuk" yang akan terjadi pada bisnisnya andaikan wabah Virus Corona terus berlangsung dalam jangka panjang.

Sebagaimana diketahui, para pelaku UMKM, seperti Mang Tatang, memang mengalami dampak yang cukup parah akibat penyebaran Virus Corona. 

Berbagai macam persoalan, mulai dari susahnya menutupi biaya operasional akibat penurunan penjualan hingga terancam menutup usaha, terus "menghantui" pelaku UMKM. Alhasil, UMKM pun kini berada di "titik nadir".


Jelas peristiwa itu adalah "mimpi buruk" bagi Stabilitas Sistem Keuangan (SSK), mengingat UMKM adalah salah satu elemen penting bagi perekonomian Indonesia, yang memberikan sumbangan yang signifikan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto dan penyerapan tenaga kerja. Makanya, kalau sampai UMKM "terguncang", SSK di tanah air pun akan ikut terkena imbas.

Untuk mencegah hal itu, Bank Indonesia memberikan sejumlah insentif, mulai dari menurunkan Suku Bunga Acuan sebesar 4,5%, memperpanjang masa berlaku Merchants Discount Rates (MDR) Qris menjadi 0% khusus untuk merchant dengan kategori Usaha Mikro (UMI), hingga melonggarkan Giro Wajib Minimum dengan besaran 50 BPS.

Semua itu dilakukan untuk memudahkan UMKM memperoleh pinjaman dari bank dan memperlancar pembayaran, sehingga bisa terus bertahan dalam situasi yang sulit. Dengan demikian, SSK di Indonesia diharapkan dapat tetap terjaga.

Pelaku UMKM terus mengalami penurunan omzet sejak terjadi pandemi Corona/ sumber: dokumentasi Adica
Pelaku UMKM terus mengalami penurunan omzet sejak terjadi pandemi Corona/ sumber: dokumentasi Adica

Meskipun menjaga SSK merupakan wewenang Bank Indonesia dan lembaga lain, seperti Otoritas Jasa Keuangan, Lembaga Penjamin Simpanan, dan Kementerian Keuangan, namun, sebagai warga sipil, kita bisa ikut membantu mewujudkan SSK yang sehat, mengingat persoalan seputar SSK menyangkut hajat hidup orang banyak.

Oleh karena itu, dalam memelihara SSK, lembaga-lembaga tadi tentu tidak bisa bekerja sendirian. Peran serta kita jelas dibutuhkan, apalagi dalam situasi krisis seperti sekarang. Makanya, walaupun tidak bisa membikin kebijakan, namun, kita bisa melakukan 5 perilaku cerdas berikut untuk menjaga SSK.

1. Mengutamakan Pembayaran secara Nontunai

Sejak wabah Virus Corona meluas di tanah air, Bank Indonesia terus mengimbau masyarakat untuk mengoptimalkan penggunaan alat pembayaran nontunai dalam bertransaksi sehari-hari. Hal itu dilakukan untuk mencegah kerumunan di ATM atau bank, yang dianggap bisa memperpanjang "mata rantai" penyebaran Virus Corona, serta memastikan higienitas dan ketersediaan uang rupiah di masyarakat.

Saya pribadi sekarang lebih sering melakukan transaksi secara nontunai lewat mobile banking dan dompet elektronik. Selain bisa mematuhi anjuran untuk #DirumahAja, transaksi yang dilakukan juga jadi lebih praktis, sederhana, dan untung, mengingat beberapa dompet elekronik yang saya pakai menawarkan cashback untuk setiap transaksi. Alhasil, tanpa perlu keluar rumah, urusan keuangan bisa diselesaikan dengan mudah.

transaksi keuangan lebih mudah dan aman dengan menggunakan mobile banking atau dompet elektronik/ sumber: dokumentasi Adica
transaksi keuangan lebih mudah dan aman dengan menggunakan mobile banking atau dompet elektronik/ sumber: dokumentasi Adica

Menggunakan transaksi secara nontunai juga turut menciptakan iklim SSK yang sehat, karena masyarakat bisa menggunakan uang secukupnya, serta menghindari terjadinya "rush money" di bank.

Walaupun dalam situasi krisis, keberadaan uang tunai memang berharga, namun, menarik uang tunai secara masif dari bank karena terbawa kepanikan jelas bukanlah perilaku yang cerdas.

Sebab, hal itu hanya akan menimbulkan risiko yang lebih besar, seperti tindak kriminal dan rusaknya fisik uang. Jadi, lebih baik, kita menggunakan uang tunai seperluanya saja, serta melakukan transaksi secara nontunai demi mencegah penyebaran Virus Corona.

2. Membeli Produk UMKM dengan Harga Pantas

Membantu para pelaku UMKM agar bisa bertahan di tengah wabah Corona tak hanya dapat dilakukan dengan menyalurkan bantuan sosial, tetapi juga dengan membeli barang-barang yang dijualnya dengan harga yang pantas. Bantulah bisnis mereka dan jangan terlalu banyak menawar harga.

Saat membeli barang dari UMKM, saya pribadi enggan melakukan tawar-menawar harga kepada penjualnya, karena saya paham bahwa mereka juga butuh penghidupan, apalagi dalam situasi yang serba susah seperti sekarang.

Jadi, asalkan harga yang dipatok dianggap wajar, saya bersedia membelinya. Hal itulah, yang saya kira dapat terus "menyalakan" harapan bagi pelaku UMKM di tanah air pada masa pandemi ini.

Membeli produk dari UMKM tanpa terlalu banyak menawar harga berarti membantu para pelaku usaha untuk tetap bertahan di tengah pandemi Corona/ sumber: dokumentasi Adica
Membeli produk dari UMKM tanpa terlalu banyak menawar harga berarti membantu para pelaku usaha untuk tetap bertahan di tengah pandemi Corona/ sumber: dokumentasi Adica

Selain itu, demi meminimalkan risiko penularan Virus Corona, transaksi pembelian pun bisa dilakukan secara online. Kini sudah ada angkutan daring yang siap melayani pengiriman barang.

Hal ini juga serta-merta membantu pengemudi ojek online (ojol) dalam memperoleh penghasilan. Biarpun dalam PSBB ada aturan dilarang bawa penumpang, namun, ojol masih dibolehkan membawa paket. Dengan demikian, hal ini dapat terus menggenjot roda bisnis secara perlahan.

3. Menyebarkan Konten yang Positif

Oleh karena cukup lama bergelut di dunia blogger, saya merasa bertanggung jawab untuk ikut menyebarkan konten yang positif kepada masyarakat. 

Maklum, sejak wabah Corona melanda tanah air, lumayan banyak saya menjumpai hoax di media sosial, dan hal ini jelas meresahkan, sebab dampaknya ternyata bisa begitu kuat.

Ingat kepanikan yang terjadi saat masyarakat tahu bahwa Virus Corona mulai masuk ke Indonesia beberapa bulan lalu, sehingga ada yang sampai berebut membeli masker dan memborong barang-barang konsumsi dalam jumlah besar? Boleh jadi, segelintir masyarakat yang melakukan hal itu sudah terbawa kepanikan akibat termakan hoax yang didapatnya dari grup chatting atau media sosial!

Agar kepanikan tadi jangan sampai terulang kembali pada kemudian hari, kita tentu perlu mengembangkan perilaku cerdas dalam bermedia sosial. "Saringlah sebelum sharing." Lakukan kroscek data dengan sumber-sumber yang terpercaya, seperti media arus utama atau konfrensi pers yang dilakukan pemerintah.

membuat atau menyebarkan konten positif bisa berkontribusi bagi terwujudnya SSK yang sehat/ sumber: dokumentasi Adica
membuat atau menyebarkan konten positif bisa berkontribusi bagi terwujudnya SSK yang sehat/ sumber: dokumentasi Adica

Selain itu, pertimbangkan juga aspek kebermanfaatan jika kita menyebarkan konten tadi. Jika sekiranya hanya akan menciptakan lebih banyak kegelisahan bagi orang lain, berarti jangan kita teruskan.

Sebab, untuk apa kita berbagi ketakutan, yang bisa berimbas pada terganggunya SSK di Indonesia? Jadi, alih-alih "latah" memviralkan sebuah kabar yang belum jelas kebenarannya, lebih baik selektif, dan hanya membagikan konten-konten yang mendamaikan.

4. Membayar Pajak

Harus diakui, tekanan pada kegiatan ekonomi berimbas pada jumlah pajak yang diterima negara. Buktinya, per Maret 2020, setoran pajak yang masuk ke kas negara tercatat sebesar Rp 241,6 triliun. Jumlah ini turun 2,5% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.

Hal ini bukanlah kabar yang menggembirakan, karena kalau nominal pajak yang didapat jumlahnya berkurang, maka negara mesti mencari sumber pendanaan lain, seperti menerbitkan obligasi global, agar bisa terus melanjutkan kegiatan ekonomi dan melunasi utang.

Efeknya, jumlah utang luar negeri Indonesia bisa ikut "membengkak" dan hal itu tentu menambah tekanan bagi perekonomian nasional, terutama sejak kurs dollar cenderung menguat hingga sempat menyentuh angka 16.000-an.

Untuk mengatasi hal itu, kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak jelas diharapkan guna menambah "amunisi" negara dalam menghadapi krisis yang terjadi. 

Biarpun kini terdapat keterbatasan dalam menyetor pajak karena sejumlah kantor pajak berhenti beroperasi untuk sementara waktu, namun, masyarakat masih bisa mengurus pajak via online. Dengan aktif membayar pajak, berarti kita ikut meringankan beban yang ditanggung negara di tengah wabah Virus Corona.  

5. Menghindari Aksi Spekulasi

Tak hanya sektor riil, pasar keuangan di Indonesia juga ikut "merana" akibat wabah Virus Corona. Buktinya, saat artikel ini dibuat, IHSG yang "terjun bebas" pada bulan Maret kemarin belum juga bangkit ke level 6000-an.

penurunan IHSG pada bulan Maret lalu menunjukkan terjadinya panic selling yang dilakukan oleh investor akibat kekhawatiran dampak buruk pandemi Corona terhadap perekonomian/ sumber: dokumentasi Adica
penurunan IHSG pada bulan Maret lalu menunjukkan terjadinya panic selling yang dilakukan oleh investor akibat kekhawatiran dampak buruk pandemi Corona terhadap perekonomian/ sumber: dokumentasi Adica

Pasar obligasi pun "sebelas-dua" belas keadaannya. Pasar obligasi diketahui sempat turun tajam karena ada begitu banyak investor yang melepas obligasi perusahaan yang dipegangnya. Agaknya investor khawatir perusahaan mengalami gagal bayar. Hal inilah yang kemudian mendorong terjadinya penjualan yang masif di pasar obligasi.

Boleh jadi hal tersebut disebabkan aksi "spekulasi" yang dilakukan oleh investor. Investor mungkin memprediksi bahwa perusahaan yang saham atau obligasinya dipegang akan mengalami gangguan kinerja akibat pandemi Virus Corona, sehingga nilai saham atau obligasinya diperkirakan akan turun dalam waktu dekat.

Jadi, jangan heran, biarpun laporan keuangan tahunan sejumlah perusahaan sudah banyak dirilis dan hasilnya masih bagus, namun, investor enggan terus menggenggam surat berharganya dalam jangka pendek. Imbasnya? Terjadilah panic selling di pasar keuangan.

Kekacauan yang melanda pasar keuangan sebetulnya bisa dipandang sebagai kesempatan untuk melakukan investasi. Sebab, saham-saham bagus yang normalnya punya valuasi harga yang mahal kini jadi lebih murah.

Sebagai investor, hal ini tentu merupakan kondisi yang ideal untuk berinvestasi. Asalkan bersedia menunggu dalam jangka panjang, investasi yang dilakukan dalam situasi krisis seperti sekarang bisa memberikan imbal hasil yang sangat besar pada kemudian. Oleh sebab itu, alih-alih ikut berspekulasi, lebih baik kita memanfaatkan momentum ini untuk berinvestasi, sekaligus mendorong pemulihan SSK di pasar keuangan.

Membantu pemerintah dalam memelihara SSK di tengah pandemi Corona sebetulnya tidak melulu dilakukan dengan menyumbangkan banyak bantuan, mengerahkan banyak tenaga, dan menghabiskan banyak waktu. 

Sebab, masih ada hal-hal sederhana lain yang bisa dilakukan dan berdampak secara nyata bagi terwujudnya SSK. Sebut saja 5 perilaku cerdas yang sudah disebut sebelumnya. Dengan melakukan kelima hal tadi, maka, kita sudah memiliki andil dalam menjaga Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia.

Selain itu, kita juga berharap pandemi Corona bisa segera berlalu, sehingga kita dapat menata kembali perekonomian Indonesia yang sempat limbung. 

Untuk mewujudkan harapan itu, kita mesti berkomitmen menjalankan imbauan yang disampaikan pemerintah terkait protokol kesehatan. Mulai dari memakai masker jika bepergian, menerapkan physical distancing, menjaga pola makan, memelihara optimisme, hingga cepat memeriksakan kesehatan kalau mengalami gejala Virus Corona. Alhasil, kalau kita sehat, perekonomian juga akan sehat dan semua akan kembali normal seperti sebelumnya.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun