Air mataku menitik ke wajahnya. Tubuhnya kemudian berhenti bergerak. Tak lama kemudian, ia menghembuskan napas terakhir dan meninggal dunia di dalam pelukanku.
Aku lalu meraih tangannya, melepaskan cincin kawin di jarinya, lalu membuangnya. Kini ia bukan milik siapa-siapa lagi.
Ia sekarang menjadi milikku, hanya milikku.
Aku pun kemudian mereguk anggur yang masih tersisa di gelasnya, anggur yang berisi racun itu, dan memutuskan mati bersamanya, sehingga kami bisa kembali bersatu di dalam kematian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!