***
Sewaktu menyelinap masuk ke apartemenku, Arnold memakai sweater hitam yang sama, yang pernah ia kenakan sewaktu kami berjalan-jalan di sepanjang tepi Sungai Seine, dan hal itu membangkitkan kembali semua kenangan manis yang pernah kami lalui sebagai sepasang kekasih dulu.
Sebagai sepasang kekasih, kami banyak menghabiskan waktu bersama. Lantaran termasuk pengusaha periklanan yang sukses, ia sering mengajakku pergi jalan-jalan ke pelbagai tempat. Paris, New York, dan Shanghai adalah beberapa tempat yang sempat kami kunjungi.
Satu momen yang masih melekat kuat di dalam ingatanku adalah ketika kami berjalan menyusuri Sungai Seine pada suatu senja. Bagiku, itu adalah momen yang paling indah, karena perjalanan itu menawarkan Sungai Seine yang mengalir perlahan, udara musim semi yang hangat, restoran di atas perahu, turis yang ramah, dan tentunya live music yang lembut, khas Paris.
“Andaikan aku menikah denganmu,” kataku, secara spontan, seolah luapan emosi yang kurasakan muncul begitu saja. Namun, ia tak memberi jawaban apapun.
Ia hanya menatapku dengan matanya yang cokelat, dan menampilkan seulas senyum yang manis. Dari situ aku mulai membangun sebuah impian untuk membina rumah tangga dengannya.
***
Sebagai seorang mantan kekasih, Arnold punya cara yang romantis untuk menemuiku pada malam ini. Biarpun telah masuk ke apartemenku tanpa izin, ia masih berbaik hati dengan membawakanku sebuket bunga mawar merah.
Ya, dulu ia memang sering mengirimiku sebuket bunga mawar ke kantor, sehingga rekan kerjaku menjadi cemburu atas perlakuan itu. Aku senang menerima hadiah itu, bukan karena menyukai mawar, melainkan karena ungkapan tulus sebuah persahabatan.