Mohon tunggu...
Adhwa Nabiila
Adhwa Nabiila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akademisi

On my journey

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kembali Konsumsi Sagu, Sebagai Pengganti Beras

21 Februari 2024   07:55 Diperbarui: 21 Februari 2024   08:04 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: homecare24.id

Ya allah beras sekarang mahal banget.

Itulah yang saya pikirkan ketika melihat harga beras yang melonjak naik. Terlebih untuk seorang mahasiswa rantauan, yang sedang dihadapkan oleh beras yang menipis dan kebetulan berada di akhir bulan. 

Sebenarnya apa penyebab naiknya beras?

Naiknya harga beras di Februari 2024 ini sering dikaitkan dengan pemilu, bansos dan politik lainnya. Kenyataannya, hasil produksi beras di Indonesia sedang menurun dikarenakan kondisi cuaca yang tidak menentu, bahkan saat ini banyak kasus lahan pertanian yang terendam banjir. Dilansir dari laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana, bencana banjir yang melanda di Indonesia pada awal tahun 2023 itu telah mengakibatkan gagal panen diperkirakan mencapai  5.469 hektar, di 20 provinsi. 

Nah, selagi beras mahal. Alternatif pangan lainnya adalah sagu. 

Sagu sendiri sebenarnya adalah makanan asli yang dikonsumsi orang Indonesia, yang telah dikonsumsi sejak jaman kerajaan, dan saat ini pun banyak tumbuh di Indonesia. Di Indonesia, ada 1.250.000 hektar tanaman sagu, menurut data Flach pada tahun 2007. Tanaman ini tersebar di berbagai wilayah, seperti Sulawesi, Kalimantan, Papua, Maluku, dan Sumatera.

Beras dibawa oleh hindia Belanda ketika menjajah di Indonesia, maka dari itu kebudayaan konsumsi sagu digantikan dengan nasi. 

Yang kita tahu sagu hanya diolah menjadi bahan dasar kue, padahal sagu dapat dimanfaatkan sebagai olahan lain, seperti papeda, nasi sagu, sagu gunting, sagu bakar, kapurung dan lain - lain.

Kelebihan sagu sebagai karbohidrat prebiotik asli Indonesia adalah bebas gluten dan memiliki indeks glikemik rendah yang dapat memperlancar saluran pencernaan dan mengurangi risiko penyakit jantung.

Mengembangkan kembali produksi sagu di Indonesia dapat mengembalikan kestabilan pangan di Indonesia, serta dapat meningkatkan keuntungan petani sagu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun