Pengelolaan Limbah Domestik Kawasan Pesisir Pantai Kenjeran Kota Surabaya dengan Subsurface Constructed Wetland Menggunakan Tanaman Jatropha Curcas
BAB I PENDAHULUAN
Â
Latar Belakang
Kondisi pesisir Kenjeran merupakan daerah estuari yang subur, tempat berbiaknya berbagai biota karena adanya suplai nutrisi yang terus-menerus dibawa ombak. Di sepanjang pesisir Kenjeran sekarang ini telah dikuasai oleh pengembang yang ingin membangun atau memperluas usaha dibidang properti. Perumahan-perumahan baru dan megah akan menjejalah wajah pesisir Kenjeran yang jelas ini merupakan pelanggaran tata ruang karena peruntukkannya untuk konservasi. Kerusakan pesisir Pantai Kenjeran dipicu oleh pencemaran yang berasal dari pembuangan limbah industri, rumah tangga, maupun sampah yang dibuang sembarangan disekitar pantai. Pembuangan limbah cair misalnya dari industri berdampak pada matinya organisme didalam air apabila parah dapat menyebabkan dekomposisi anaerobik. Sampah yang banyak menimbulkan permukaan pantai tertutup sehingga menutupi penetrasi matahari dan mempersulit proses pengambilan oksigen yang berguna dalam proses fotosintesa oleh klorofil.Â
Secara garis besar gejala kerusakan lingkungan yang mengancam kelestarian sumberdaya pesisir dan lautan di pesisir Pantai Kenjeran yaitu : pencemaran, degradasi fisik habitat, over eksploitasi sumberdaya alam. Sumber  pencemaran perairan pesisir Pantai Kenjeran terdiri dari limbah industri, limbah cair pemukinan (sewage), limbah cair perkotaan (urban stormwater), pelayaran (shipping), pertanian, dan perikanan budidaya.  Bahan pencemar utama yang terkandung dalam buangan limbah tersebut berupa: sediment, unsure hara (nutriens), logam beracun (toxic metals), pestisida, organisme eksotik, organisme pathogen, sampah dan oxygen depleting substances (bahan-bahan yang menyebabkan oksigen yang terlarut dalam air laut berkurang). Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan wilayah pesisir, khususnya di Pantai Kenjeran yaitu Pemanfaatan ganda, pemanfaatan tak seimbang, pengaruh kegiatan manusia, dan pencemaran wilayah pesisir.
Dengan kondisi kenjeran yang demikian, Ironisnya RTRW Kota Surabaya menetapkan kenjeran  menjadi areal pertumbuhan perekonomian sector wisata dengan obyek wisata bahari. Padahal jika meninjau dari tingkat pencemaran, banyak parameter pencemaran yang tidak sesuai denan baku mutu air laut untuk wilayah pariwisata. Misalnya saja kolirform yang jauh melebihi ambang batas (ambang batas adalah 1000jpt/100 ml, namun kenjeran mencapai 2,4 x 104), dengan status wisata bahari yang berarti menggunakan perairan laut untuk banyak aktifitas manusia sepertiÂ
renang, kano, dan lain sebagainya, keberadaan total koliform yang begitu tinggi ini dapat mengakibatkan gangguan kesehatan yang serius terhadap masayrakat.
Limbah yang dihasilkan oleh kegiatan perkotaan di Indonesia sebagian besar tanpa melalui proses pengolahan sebelum dibuang langsung ke saluran pematusan. Sehingga sungai sebagai saluran pembuangan terakhir menuju ke laut memiliki beban yang berat, selain sebagai saluran pembuangan kegiatan perkotaan juga menjadi saluran yang membawa sedimentasi dari daerah hilir. Terlebih di wilayah muara sungai (estuari), dimana hampir seluruh limbah perkotaan dan sedimentasi yang dibawa aliran sungai mengendap dan mengumpul di wilayah ini. Besarnya limbah domestik di sungai perkotaan yang dihasilkan oleh rumah tangga, dengan ciri utama berupa tingginya nilai BOD, COD, dan TSS yang disebabkan oleh keberadaan kandungan bahan organik yang berkisar antara 50 -- 75 %, sedang sisanya berasal dari kegiatan industri (Mukhtasor, 2007 : 122). Volume limbah yang begitu besar tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu akan menimbulkan dampak/pengaruh yang buruk terhadap badan sungai dan muara sungai, dan tentunya keberadaan perairan laut yang menjadi tempat pembuangan akhir.
Menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (Kepmen LH) nomor 112 Tahun 2013 tentang baku mutu air limbah domestik,air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman (real estate), rumah makan (restaurant), perkantoran, apartemen, dan asrama. Sementara itu, air limbah domestik merupakan penyebab terbesar pencemaran dan kerusakan pesisir di Indonesia. Kondisi demikian juga terjadi di pesisir Pantai Kenjeran, Kota Surabaya. Akibat pencemaran limbah domestik, kualitas perairan di Pantai Kenjeran, Kota Surabaya telah melampui baku mutu yang ditetapkan. Kondisi ini mengindikasikan adanya pencemaran lingkungan sehingga dapat berakibat negatif bagi kesehatan masyarakat sekitar.
Salah satu cara untuk mengolah limbah domestik adalah dengan sistem wetland. Sistem wetland adalah sistem yang termasuk pengolahan alami, dimana terjadi aktivitas pengolahan sedimentasi, filtrasi, transfer gas, adsorpsi, pengolahan kimiawi dan biologis karena aktivitas mikroorganisme dalam tanah dan aktivitas tanaman (Tchobanoglous, 1993). Menurut Tangahu & Warmadewanthi (2001), sistem aliran bawah permukaan (Sub-Surface Flow Constructed Wetland) lebih dianjurkan dikarenakan sistem ini dapat mengolah berbagai jenis limbah dengan efisiensi pengolahan tinggi (80 %), serta ekonomis dari segi biaya. Jarak Pagar adalah salah satu jenis tanaman semak yang tumbuh di daerah tropis. Tanaman yang dapat diperbanyak secara biji ataupun stek ini merupakan jenis tanaman adaptif yang dapat tumbuh dilingkungan dengan kondisi beragam. Selama ini Jarak Pagar dikenal sebagai sumber energi nabati karena bijinya yang banyak mengandung minyak. Sementara itu, menurut Mangkoediharjo dan Samudro (2010), Jarak Pagar adalah salah satu jenis tanaman yang dapat difungsikan sebagai fitoteknologi untuk meremediasi lingkungan yang tercemar dengan efisiensi tinggi. Karenanya, penggunaan Jarak Pagar sebagai fitoteknologi dalam sistem subsurface constructed wetland akan memberikan keuntungan ganda. Selain mampu menyisihkan polutan, sistem ini juga akan menjadi media pertumbuhan Jarak Pagar yang baik sehingga secara tidak langsung turut mendorong pengembangan energi alternatif di Indonesia.Â