Mohon tunggu...
Adhe Junaedi Sholat
Adhe Junaedi Sholat Mohon Tunggu... Buruh - Memahamimu. Memahamiku

Catatan pendek dari pikiran panjang

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Hutan Pinus Lenong, Magnet Bagi Para Pelancong

7 Februari 2022   23:02 Diperbarui: 7 Februari 2022   23:10 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Model diperankan oleh Nurhikma

"Sebenarnya luasnya itu 4 hektar. Hanya saja, yang dimaksimalkan pemanfaatannya sekarang itu baru 2 hektar. Rencana Februari 2022 sudah maksimal semua lokasinya dan akan mengusung konsep cafe alam," beber Samuel.

Hutan pinus sendiri dikelola warga sekitar, tapi tetap dikontrol dan dipromosikan oleh Badan Usaha Milik Desa (BumDes) dan Pemerintah Desa (Pemdes).

Menurut Samuel, ide pengelolaan hutan pinus muncul karena melihat potensi wisata di Desa Tondok Bakaru. Sebab, sebelum hutan pinus dibuka, desa tersebut sudah dikenal dengan tanaman Anggreknya. Belum lagi, sudah ada spot-spot wisata lain.

Sehingga muncul ide awal membuat sebuah kawasan wisata baru yaitu Hutan Pinus Lenong, dengan harapan semakin banyak wisatawan yang masuk di Tondok Bakaru. Sehingga bisa membantu meningkatkan perekonomian di desa.

"Ide sendiri muncul dari pemilik lokasi dan sebagian masyarakat Tondok Bakaru lewat BumDes melihat potensi alam yang dimiliki Tondok Bakaru. Saat ini sudah ada dukungan dari BI (bank Indonesia, red), Pemkab Mamasa dan Pemprov Sulbar," bebernya.

Ketua Bumdes Tondok Bakaru, Andarias Sambokaraeng juga menyebut, sejak anggrek mulai dipelihara di Desa Tondok Bakaru pada 2016, silam, BumDes kemudian membuat brand Kampung Natal di Hutan Pinus Lenong dan berhasil menarik ribuan wisatawan selama tiga tahun.

"Kawasan itu dikelola langsung pemiliknya. BumDes hanya menarik retribusi di pintu masuk. Namun, karena pandemi retribusi tidak selalu dipungut. Kadang dipungut kadang tidak. Jadi PADes dari wisata sekitar Rp 10 juta tapi transaksi pelaku wisata mencapai Rp 1 miliar lebih per tahun dan aset BumDes Tondok Bakaru sudah mencapai Rp 700 juta," tutur Andarias.

BumDes juga memberi dukungan dana ke spot wisata dan pembudidaya tanaman hias sebagai dukungan keberlanjutan ekonomi desa. Tahun 2022 BumDes sudah menyediakan homestay atau penginapan dan tempat rapat dan pelatihan.

Andarias mengaku, Desa Tondok Bakaru merupakan dewa wisata berkelanjutan yang dicanangkan oleh Pemprov Sulbar. Tahun 2022 ini bakal ada dua event besar.

"Salah satunya adalah festival desa dengan multi kegiatan yang pertama kali dilaksanakan. Harapannya kita bisa menarik lebih banyak wisatawan. Kita berharap kolaborasi secara masif terus dilakukan di desa ini," terang Andarias.

Tak terasa waktu itu sudah menunjukkan pukul 16.00 wita. Sudah waktunya penulis meninggalkan Desa Tondok Bakaru. Jika tak ada aral melintang, kelak bakal kembali lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun