Mohon tunggu...
Adelia TriEka
Adelia TriEka Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelana

Amuk itu adalah Angkara dungu yang gemar memangsa hati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yanlink dan Mawar Hitam

7 Desember 2018   15:35 Diperbarui: 7 Desember 2018   16:07 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam di antara jalan setapak, Atma melihat sesuatu di balik semak yang rimbun. Matanya sedikit terbelalak, karena terkejut ketika sebuah hewan lucu, datang ke pangkuannya. Ini tahun ke sekian kalinya dia menemukan hewan yang kedinginan di malam hari. Atma menemukan hewan baru di areal lahan asing. Meskipun sedikit kotor tetapi bulunya sangat menawan, membuat matanya sedikit berbinar.

Atma membawanya pulang dan segera ke kamar mandi. Air  membuat kotoran pada tubuh hewan ini hilang dan berganti lebih cantik. Ada sedikit kesenangan yang di rasakan olehnya ketika bermain air bersama-sama. Yang akhirnya Atma ikutan mandi malam hari. Hewan ini seolah-olah mengusir sepi yang selalu hadir menyertai langkahnya dalam keseharian tadi.

Hewan itu diberikan nama Yanlik, karena wajahnya sekilas mengingatkan dia  kepada pria di ujung senja. Matanya bulat, berwarna hitam dengan bulu yang terawat dengan baik. Pasti hewan ini bukan hewan liar. Pemiliknya mungkina sedang mencari. Atau memang hewan ini sudah terbuang. Entahlah, memikirkannya membuat Atma takut kehilangannya.

"Oh em gie, apa ini berarti aku ...."

Atma berbicara sendiri di atas meja di saksikan oleh makanan warteg yang sedikit hambar. Yang kurasa serupa hidupnya, tanpa rasa akibat terjebak musim.

Tiba-tiba daun jendela terbuka. Padahal sudah ditutup ayah, sedari sore tadi. Atma menghampiri dan ...

"Oh my oh, kau ini!"

"Hai gadis. Aku lapar. Bisa tolong aku?"

Pria itu datang tanpa diundang serupa maling.

"Oh no! Kau mau maling ya? Jangan maling hatiku. Sebab aku sudah punya satu hati yang kuabadikan."

"Gaje."

"Ya begitulah! Aku tidak punya makanan matang. Masaklah di dapur. Lain kali masuklah dari pintu. Sebab jendela itu pasti terluka oleh tubuhmu."

"Ok, gadis manis. Kaulah target laparku esok hari."

"Dan kau jatah budakku seumur hidup."

Pria itu sedikit mengeryitkan jidatnya, kemudian menuju dapur dan mengganggap rumah kontrakan Atma, serupa rumahnya. Tetapi Yanlik tidak setuju. Bahkan dia begitu marah dan menggigit-gigit kaki pria itu.

"Hai, Rabbit! Kau nakal!" Sambil memukulnya.

"Hai, dia bukan Rabbit. Tapi Yanlik. Jangan kau nakalin dia. Pergi kau dari rumahku!"

Atma semakin geram dan memukuli pria tak diundang itu.

"Maaf gadis! Aku lapar. Jangan usir aku. Perutku ini sudah hampir gila." Meratap dengan wajah melas seratus derajat Celcius.

"Ok, baiklah."

Atma membiarkan pria itu makan dengan lahap. Sedangkan Yanlik kembali ke pangkuan Atma dan bercengkrama dengan bahasa kasih sayang.

Setelah kenyang, pria itu pergi dan meninggalkan sebuah gelang tangan berbentuk bunga mawar, untuk Yanlik. Atma sempat senang karena Yanlik tidak menolak saat gelang di pakaikan oleh pria itu ke lehernya. Gelang itu cantik dan begitu pas di lehernya.

Esoknya Atma bekerja dan meninggalkan Yanlik sendirian. Ada sedikit was-was karena meninggalkan Yanlik sendirian. Apalagi Atma mungkin senja baru pulang dan mulai bercengkrama kembali. Tetapi dia sudah menyiapkan makanan dan minuman di bawah meja makan untuk Yanlik.

'Semoga saja cukup hingga sore nanti.'

Atma berbicara sendiri dan hanya di dengarkan oleh angin yang menyapa tubuhnya dan sebuah motor antik kesayangan yang baru saja di modifikasi.

Kemudian datang Bunda Wiwik menghampiri wajah cemas Atma.

"Neng penghuni kontrakan yang baru ya? Hati-hati setiap malam Jum'at ya?"

"Aku sedikit mengalami gangguan saat malam itu, Bunda. Oh ya, salam kenal ya."

Mata Atma sedikit tampak aneh, ketika Yanlik seolah-olah menarget bunda Wiwik. Entahlah! Ada sedikit hawa ngeri. Terlihat dari bulu kuduk Atma yang mulai berdiri.

Sedangkan Bunda Wiwik hanya tersenyum sambil memberikan sedikit makanan kemulutnya ketika jarak tubuh mereka hanya sejengkal.

Benar saja. Atma pulang sore dan membawa banyak makanan untuk Yanlik. Tetapi dia melihat Yanlik tidur dengan pulasnya dan nampak aneh. Di mulutnya tersisa bahan baju yang di pakai Bunda Wiwik. Entahlah, mengapa Atma mulai memikirkan nasibnya Bunda Wiwik yang baru saja di kenalnya itu.

Dan apa yang terjadi di luar lingkungan tempat Atma tinggal? Entahlah! Penulis lagi kelaparan. Dan sedang mencari jantung. Siapkan yang akan menjadi korban selanjutnya? Tanyakan kepada Om Rotiez, teman sesama pemangsa jantung. Mungkin pria kelahiran RSJ ini mengetahui korbannya atau dia yang berikutnya. Cekidot ya!!!

Bersambung .....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun