Petang beranjak semakin temaram. Tapi aku enggan pulang. Masih ingin menatap semburat emas kala senja ke peraduan. Hai, Cin kau anak gadis segerakan pulang. Ada sandekala yang mengintip di sela awan yang menghitam.
Uh, ada rasa yang tertelan yang dibawa pulang oleh sang petang. Mengusik raga untuk segera mengendap menjangkau daun jendela merapatkan intipan. Terpana sejenak pada penyusup semilir hembusan angin membawa warta. Aku merindu padamu yang semakin lama tak tersampaikan.
Ih, rasanya rindu ini semakin terasa pedas mengering. Tak segurih dan seranum apel yang baru dipetik dari tangkainya. Daun rindu ini semakin memudar seiring malam Minggu yang temaram. Ingin kuusir gemerincing rasa menjauh sampai ke ujung pandangan.
Oh, Cin, gerah sekali terasa di ubun-ubun yang tersengat bayang berkelebat diantara tumpukan kisah yang telah lama berselang. Benarkah, semilir bayu yang kemarin datang dengan aroma kasturi hanya numpang sebentar. Sebab rindu akan kembali terbang ke malam Minggu di pekan mendatang.
Ah, enyahlah...tidurlah, Cin!
Bandung Barat, 130221