Tanpamu, aku akan baik-baik saja. Tanpamu, aku tetap bisa menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya secara perlahan di padang rumput nan hijau. Ketahuilah duhai wanita yang pernah singgah di pelupuk mataku, kepergianmu adalah anugerah bagiku. Mengapa? Tentu akan ada banyak alasan, namun akan kujabarkan beberapa agar kau tahu.
      Pertama, kau tak mengerti akan arti cinta yang sesungguhnya. Bagimu cinta hanyalah sebuah pemanis kata-kata, tumbuh dari lisan, kemudian berkembang melalui ucapan-ucapan romantis. Bagiku tak demikian. Cinta adalah sebuah bentuk kesesuian antara janji dengan perbuatan. Jika tak demikian itu bukanlah cinta, namun hanya sebatas rayuan gombal semata.
      Kedua, atas nama cinta, kau selalu menuntutku agar selalu memanjakanmu dengan belaian tangan. Duhai wanita yang pernah kucintai, itu bukanlah arti cinta sebenarnya. Cinta tak selalu melakukan tindakan-tindakan emosional layaknya sebuah drama asmara di atas panggung sandiwara. Cinta tak membutuhkan tuntutan melangit, namun yang dibutuhkan  ialah kesepahaman antara dua insan.
      Atas dasar itu, kau terlalu sempit memandang cinta dan kau selalu terjebak pada hal-hal fisik yang remeh-temeh. Apabila kau mau merenung, sesungguhnya kau akan mendapatkan arti cinta dari segala tindak-tanduk yang ada pada diriku. Aku mengarjarkan cinta padamu tak melalui ucapan karena bibirku kelu saat mengucapkannya, namun secara tersirat tangan dan kakiku selalu tertuju padamu. Mengorbankan segenap jiwa raga, tanpa membutuhkan sehelai pun balasan darimu.
      Itulah prinsip cinta yang kugenggam hingga saat ini, sedang kau tak mampu menangkapnya. Kini, kubiarkan kau pergi mengembara agar mendapat cinta yang sejati. Akhirnya kuucapkan:
"Selamat jalan kekasih, semoga kita bisa bertemu kembali, meski taqdir tak mengizinkan kita menggenggam tangan bersama."