Kolaborasi Tiga Universitas di Riau Gelar Kegiatan Pendampingan Untuk Anak yang Berhadapan Dengan Hukum dan Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus

Pekanbaru, 27 Maret 2025 -- Dalam rangka meningkatkan kesadaran serta mengubah persepsi Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) dan Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus (AMPK) terhadap stigma negatif dari masyarakat yang melekat mereka, tiga universitas di Riau, yakni Himpunan Mahasiswa (HIMA) Psikologi Islam UMRI, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Psikologi UIR, dan Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Psikologi UINSUSKA, mengadakan kegiatan kolaborasi yang bertujuan untuk memberikan pendampingan psikologis dan edukasi kepada anak-anak yang membutuhkan di Pusat Sentra Abiseka Pekanbaru.

Kegiatan yang berlangsung pada 21 Maret 2025 ini dihadiri oleh berbagai pihak, diantaranya anggota Ikatan Psikologi Klinis (IPK) HIMPSI Riau sekaligus psikolog Rumah Sakit Awal Bros Pekanbaru, Ibu Feni Sriwahyuni, M.Psi., Psikolog. Tak lupa pula Pimpinan Sentra Abiseka yang dalam hal ini diwakilkan oleh staff Sentra yang akrab dipanggil Pak Boi turut menghadiri acara.

 

Acara dibuka dengan pembacaan do'a yang dibawakan oleh mahasiswa UINSUSKA yakni Bima Pandawa yang kemudian dilanjutkan dengan kata sambutan dari 3 ketua lembaga dari masing masing Universitas, yakni Alfa Razi, Arya Putra, dan Adam Satria Wicaksono. Dalam sambutan nya, Alfa selaku Ketua BEM Psikologi UIR menyampaikan bahwa ia sangat antusias dengan adanya acara kolaborasi antar Universitas yang ada di Riau ini, Arya Putra selaku ketua DEMA Psikologi UINSUSKA menambahkan, "Acara ini dapat berjalan dengan baik karena kekompakan dan kerja keras panitia dari masing-masing universitas". Adam Staria Wicaksono selaku ketua HIMA Psikologi UMRI juga menyebutkan bahwa acara ini merupakan kolaborasi pertama antar Universitas yang ada di Riau pada periode ini, tak lupa juga Pak Boi yang dalam hal ini mewakili pimpinan Sentra Abiseka berharap "Semoga kedepannya akan semakin banyak lagi kolaborasi-kolaborasi seperti ini, kegiatan ini sangat membantu khususnya bagi anak-anak." Ujarnya.

Ibu Feni Sriwahyuni menjadi pembicara utama dalam kegiatan tersebut, menyampaikan materi seputar pentingnya perlindungan bagi anak yang terlibat dalam kasus hukum dan bagaimana stigma negatif di masyarakat dapat mempengaruhi perkembangan mereka. Ibu Feni juga membuka sesi Tanya jawab kepada para ABH dan AMPK yang berjalan dengan sangat antusisas.

Setelah sesi materi, kegiatan dilanjutkan dengan Focus Group Discussion (FGD) yang memungkinkan peserta, baik ABH maupun AMPK, untuk berbagi pengalaman dan berdiskusi mengenai tantangan yang mereka hadapi. Selain itu, ada sesi expressive writing, di mana anak-anak diberikan kesempatan untuk menuangkan perasaan dan pikiran mereka melalui gambar dan tulisan, yang bertujuan membantu mereka untuk lebih terbuka dan merasa dihargai.

Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari para peserta, yang merasa bahwa kegiatan ini memberikan ruang untuk mereka agar tidak terjebak dalam stigma sosial. Diharapkan, melalui pendampingan ini, ABH dan AMPK dapat lebih mudah berintegrasi kembali ke masyarakat dengan pemahaman yang lebih baik tentang hak dan perlindungan mereka.

"Melalui kegiatan ini, kami berharap bisa memberikan dampak positif bagi mereka, terutama dalam mengubah persepsi anak-anak tentang pandangan negatif masyarakat terhadap mereka. Anak-anak ini berhak mendapatkan perlindungan dan kesempatan yang sama untuk berkembang," ujar Ibu Feni Sriwahyuni, M.Psi., psikolog