Namun, ketika ide-ide ini harus ditampilkan menjadi tulisan yang terstruktur, prosesnya menjadi lebih rumit dan membutuhkan kendali kognitif yang lebih tinggi.Â
Inilah yang menyebabkan seseorang merasa bahwa tulisannya tidak dapat mengungkapkan keseluruhan isi pemikiran dalam otaknya.
Selain itu, sistem kerja otak kiri dan kanan juga mempengaruhi proses menulis. Otak kanan cenderung lebih intuitif dan kreatif dalam menciptakan gagasan, sedangkan otak kiri lebih analitis dan bertanggung jawab dalam menyusun struktur logis.Â
Ketidakseimbangan dalam penggunaan kedua sisi otak ini bisa menjadi penyebab seseorang merasa sulit menuangkan ide menjadi tulisan yang runtut.
Takut Gagal dan Perfeksionisme
Sudut pandang psikologis menyatakan bahwa salah satu hambatan terbesar dalam menulis adalah rasa takut gagal.Â
Banyak orang merasa khawatir bahwa tulisannya akan dianggap buruk, tidak sesuai dengan harapan pembaca, atau bahkan terdengar tidak masuk akal.Â
Ketakutan ini dapat menghambat kelancaran berpikir, menyebabkan seseorang terus-menerus mengedit setiap kalimat yang ditulis hingga akhirnya tidak menyelesaikan tulisan sama sekali.
Perfeksionisme juga menjadi faktor yang memperburuk situasi. Seseorang yang terlalu fokus pada kesempurnaan sejak awal cenderung mengalami hambatan dalam menulis bebas.Â
Padahal, menulis adalah proses yang memerlukan revisi berulang. Jika seseorang terjebak dalam upaya menulis kalimat yang sempurna pada percobaan pertama, maka proses menulis menjadi lebih lambat, penuh tekanan, dan akhirnya tidak satu pun kalimat berhasil ditulis.Â
Kurangnya Kebiasaan dan Minimnya Stimulasi