Tidak terhitung berapa kali saya menerima keluh kesah tentang sulitnya menyampaikan isi pikiran terutama dalam bentuk tulisan. Keluhan boleh sama, tetapi jalan keluarnya bisa beragam dan kompleks.
Saya pernah menuliskan pengalaman itu dalam tulisan Jadi Penulis Pemula, Selamanya.
Sebut saja, misalnya, lima orang mengalami keluhan bahwa mereka sulit mengungkapkan isi pikiran atau gagasan. Tetapi solusi atau jalan keluar untuk mengatasinya tidak cukup diselesaikan melalui panduan teknis.
Hal itu disebabkan setiap orang memiliki kompleksitas permasalahannya masing-masing, mulai dari faktor keterbatasan bahasa, hambatan psikologis, hingga trauma sosial.Â
Setiap faktor juga memiliki lipatan dan cabangnya masing-masing.
Kesulitan dalam mengungkapkan isi pikiran dalam bentuk tulisan adalah tantangan yang dihadapi banyak orang. Terkadang, gagasan sudah tersusun jelas dalam benak, tetapi ketika dituangkan ke dalam kata-kata, hasilnya justru berbeda dari yang diharapkan.Â
Maksud yang ingin disampaikan menjadi kabur, struktur tulisan terasa berantakan, atau bahkan muncul perasaan buntu yang menghambat proses menulis sama sekali. Ingin menulis "A", yang keluar malah tulisan "C". Â
Fenomena ini tidak hanya terjadi pada pemula, tetapi juga dialami oleh penulis berpengalaman yang harus berhadapan dengan kompleksitas ide dan keterbatasan bahasa.
Kesenjangan antara Pemikiran dan Ekspresi
Dari sudut pandang neurologis, kesulitan menulis bisa dikaitkan dengan cara otak memproses informasi. Saat seseorang berpikir, otaknya bekerja dengan asosiasi cepat, menghubungkan berbagai ide yang sering kali tidak berurutan.Â