Mohon tunggu...
Acet Asrival
Acet Asrival Mohon Tunggu... Guru - Guru

www.berandaedukasi.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | T 2018

5 Agustus 2018   22:57 Diperbarui: 5 Agustus 2018   23:23 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokumentasi pribadi

Setelah kukenalkan T dalam tulisan-tulisanku, aku semakin menyukainya. Ia perempuan sederhana yang telah memikat hatiku beberapa bulan terakhir ini. Orang suka kali bertanya, "siapakah T?" aku tak dapat menjelaskannya melebihi dari tulisan-tulisan yang kubuat untuknya. Sebagian sudah aku posting di beberapa akun media sosial, selebihnya aku simpan untuk T kelak dalam bentuk naskah yang akan kujadikan buku sebagai hadiah untuk T. 

Aku tak tahu bagaimana nanti buku itu sebagai hadiah untuk apa. Apakah untuk merawat kenangan? Untuk mengingat masa kini pada hari tuaku? Atau justru aku dan T akan membacanya berdua pada malam-malam saat kami duduk bersama di beranda rumah. Yang tidak ingin aku bayangkan hanya apabila buku itu adalah kado hari pernikahannya dengan orang lain. Sungguh itu sangat tidak sanggup untuk kupikirkan saat ini.

Hatiku terus berkata "semua akan baik-baik saja". Seperti yang T bilang, "tidak perlu cemas. jalani saja semestinya". T selalu berkata lebih sederhana dari puisi dan catatan atau cerita yang kubuat untuknya. Ia sudah berkata paling tepat untuk aku cerna dan resapi, bahwa tidak perlu terlalu mendalami perasaan bila belum waktunya untuk merindu. 

Tapi bagaimana mungkin aku dapat melakukan apa yang ia pinta. Sedangkan hari-hariku sekian lama ini telah kubawa ia dalam segenap aktivitas dan imajinasiku. T, sungguh ini berat!

Aku selalu berusaha menenangkan suasana di hati T agar ia lebih tenang dan menikmati hari-harinya seperti biasa. Tanpa sesal, rindu, bahkan memikirkanku. Aku tak ingin T merasa terbebani dengan perasaanku untuknya. Di lain keadaan, aku lupa cara menenangkan gemuruh dalam dadaku. Aku lemah atas kecemasan, aku takut jika hari-hariku terasa asing setelah malam ini berlalu. Tapi sekali lagi, aku akan berusaha semampuku untuk T agar ia tidak merasakan apa yang kurasakan ini.

Adapun yang ada di hati dan pikiran T saat ini, itu adalah apa yang harus ia pertimbangkan. Apakah nanti dia akan memilih bersamaku atau menemukan yang terbaik selain aku. Apakah ia menyukai orang lain atau mendambakan orang lain, itu juga pilihannya. Aku tak punya hak untuk menentukan pilihannya. 

Bukankah dalam hidup ini seseorang memiliki kebebasan menentukan pilihan hidupnya dan memutuskan sesuatu sesuai kemampuannya? Hei, bukankah cinta tidak harus bersama? Bukankah cinta tak harus memiliki? Bukankah cinta harus merelakan? Bukankah mencintai adalah memahami seseorang lalu menerima setiap keputusannya? Entahlah, Hei! Jangan tanyakan padaku soal itu. 

Aku tak akan punya jawaban. Bagiku cinta adalah perasaan hati yang terus mengalir dan berhenti bila waktunya berhenti. Aku tidak sekuat Zainuddin dalam mempertahankan cintanya untuk Hayati, tapi benar, aku akan terus menulis layaknya tulisan Zainuddin untuk Hayati.

T bukanlah Hayati dan aku bukanlah Zainuddin. Hanya saja aku cemas seperti kecemasan yang dialami Zainuddin itu. Sesuatu yang menguatkanku tentang cinta adalah bahwa cinta akan terus berusaha melakukan yang terbaik. Tidak menyakiti. Tidak mengecewakan dan tidak menduakan. Itu saja yang kutahu tentang cinta. Barangkali T akan menyetujuinya. Aku mencintainya karena aku percaya. Aku menantinya karena aku yakin penantian itu akan ada hikmahnya.

Setelah kukenalkan T dalam tulisan-tulisanku, aku semakin mengerti untuk apa aku menulis, untuk apa aku berjuang, dan untuk apa aku jatuh cinta. Semua itu adalah untuk masa depan, memelihar kehidupan dan menjalani sisa-sisa umur yang tinggal entah berapa lama lagi. Sebelum aku mengenal T, aku seorang melankolis dengan profesi amatiran. 

Aku tidak memikirkan apa-apa. Bagiku dulu hidup hanya hari ini saja. Bila ada hari esok itu besok pula aku pikirkan. Tapi itu tidak benar, setelah aku menemui T, aku ingin hidup lebih lama dan berjuang lebih kuat, bermimpi lebih tinggi, dan berbuat sesuatu untuknya. Aku yakin semua yang kulakukan itu adalah pilihan yang tepat dan perjalanan yang bertujuan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun