mula-mula kita saling merasa asing
namun sama-sama menyimpan sekeping sepi
yang berkarat dalam saku masing-masing
dan kita dipertemukan oleh mimpi-mimpi
perempuan menumbuhkan hujan dan memecahkan batu-batu
di kepalaku lalu menyelinap masuk ke ceruk dada merenda
butiran-butiran keriangan, tepat di saat aku nyaris kewalahan
menahan kemarau yang terlampau lama menyeruakkan irama
kegelisahan dan menghanguskan catatan-catatan harian
hujan perlahan menggemburkan kesadaran akan kemungkinan
menempuh suatu perjalanan bersama perempuan itu
aku mulai terpesona pada caramu meramu
hujan menjadi genangan cahaya
atau barangkali karena jatuh cinta maka
segalanya tampak bercahaya
bersama perempuan mendayung sampan melebur dalam debur lautan,
menerjemahkan bebuih putih yang merelakan dirinya
disaput gelombang laut dan menyepi di tepian,
memahami cara memamah butiran-butiran garamnya, juga
membuat sketsa jika tiba-tiba ada badai menampar-nampar
perjalanan
kita telah dipersatukan oleh hujan
mari kita genapkan: merampungkan petualangan sakral
hingga menemu muara cahaya yang kekal
Brebes, 2016
Dimuat dalam buku Yogya dalam Nafasku (Balai Bahasa DIY, 2016),Â
Seminar Internasional Sastra Antarbangsa Indonesia-Malaysia UGM 2016