Mohon tunggu...
Abioyiq
Abioyiq Mohon Tunggu... Administrasi - Pegendara Masa

Menulis menyalurkan redundansi agar tak menjadi keruntuhan diri

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukankah Sudah Kusampaikan

8 Oktober 2019   13:05 Diperbarui: 8 Oktober 2019   13:18 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam ini kukirimkan lagi kisah keluarga padamu
Cerita yang berulang kali menusuk batinmu
Karena inginmu bukan berdiri mendengarkan
Melainkan maju ke hadap dan melakukan

Esok hari berita itu singgah kembali di tepi sabarmu
Cerita yang berulang kali menghujam tegarmu
Menyulut gejolak hasrat menyudahi semuanya
Meskipun sejurus kemudian menguap seluruhnya

Waktu sejatinya sahabatmu yang setia menghantar usia
Merekam detik demi detik pementasan lakon
Tapi di sisi kanan dan kirimu ia sengkuni yang nyata
Mengambil setiap kesempatan menghardik lewat lelucon

Lalu kini apatah hendak engkau keluhkan
Peluh telah mengering dan pena telah diangkat
Maka kini tiadalah lagi keluhan dan kepedihan
Beringsut bersegeralah untuk bertirakat

Benarkah engkau telah sampai pada muara sadarmu
Sehingga untaian lisan merambat dan bersemayam di telingaku
Menyampaikan sebuah maklumat tentang peristirahatan
Pesan tentang jiwa yang tak lagi mengecap ketenangan

Bukankah dahulu Tuhan sudah menitipkan nasihat
Tertuang dalam mukjizat tiada tanding
Dan Ia benarlah adanya, dan kita salah tiada banding
Meskipun pembenaran terasah dua puluh empat karat

Bukankah sudah kusampaikan, bahwa kita adalah sebuah kesalahan...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun