Mohon tunggu...
Sabri Leurima
Sabri Leurima Mohon Tunggu... Freelancer - Ciputat, Indonesia

Sering Dugem di Kemang Jakarta Selatan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tetewisi

14 Agustus 2019   15:31 Diperbarui: 14 Agustus 2019   19:33 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: design Canva/dokpri

Konflik kepentingan perebutan tahta diatas membuat masyarakat terpecah belah. Timbul kubuh pro dan kontra. Dari dulu tidak seperti ini. Kekuasaan adalah penyebabnya.

Bila dulu, sholat Idul Fitri selalu bersamaan. Sekarang sudah terpisah. Ada yang mempertahankan ajaran leluhur. Ada juga yang sudah mengikuti kebijakan pemerintah.

Masjid baru dikalangan kontra telah dibangun. Persatuan dalam Masjid Raya kian mengurangi jumlah populasi jamaah ketika terbangun masjid baru itu.

Pandangan kebudayaan telah berubah drastis. Kepercayaan takhayul atau meyakini Tetewisi dianggap kalangan kontra sudah keluar dari ajaran agama. Orang-orang pro itu itu syirik.

Begitupun pada tatanan kalangan kontra, ketidakpercayaan terhadap Tetewisi, orang pro menggangap sangat mencedarai berkat para leluhur. Kontradiksi ini selalu menjadi tameng. Pro-kontra masih membumbung tinggi.

Catatan*

Nau-nau: Tidak Paham. Sadiki: Sedikit
Seng: Tidak
Tetewisi:  Leluhur
Beta: Aku

Ose: Kamu
Kamong: Kalian
Katong: Kita
Dorang/dong: Mereka

Parigi: Sumur
Baringin: Beringin
Talalu: Terlalu

Jang: Jangan
Malawan: Melawan
Apa lai: Apa lagi.

Pake: Pakai
Deng: Dan .
Antua: Orang Tua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun