Dahulu, Ketika saya memulai studi longitudinal saya tentang efek sosialisasi keluarga, bidang tersebut didominasi oleh pendukung permisif yang berpusat pada anak yang, berdasarkan pada tempat psikoanalitik, menggambarkan anak itu sebagai rapuh secara psikologis dan secara kronis cemas oleh pembatasan dan tuntutan orangtua.[5] Namun Kenyataannya, efek sosialisasi keluarga memiliki pengaruh kuat. Keluarga menurut  Ki Hajar Dewantara merupakan  kelompok kecil yang anggota-anggotannya  berinteraksi secara tatap muka  dan relatif tetap.  Hal ini menjadikan proses belajar antar anggota keluarga dapat berlangsung secara berkelanjutan.[6] Kondisi pandemi ini menjadikankami  lebih bermakna dalam proses belajar.
Efek sosialisasi keluarga memiliki pengaruh kuat mencegah seorang anak agar tidak menjadi pengabdi setan. Setelah seorang ibu cerdas menyelamatkan  dan menggagalkan anak menjadi pengabdi setan. Maka, Seorang ibu cerdas merencanakan anak-anak menjadi "Pelayan Tuhan" atau "Hamba Tuhan" yang disebut dalam bahasa Arab "Abdullah". Dengan demikian, Buah cinta dan buah kasihmu beralih pada bua hati tapi Anda  sebagai suami jangan pernah lelah  berhenti mencintai istri-istrimu, karena mereka juga tidak pernah lelah untuk mencintai buah hatimu. Ingat, Tidak ada seorang ibu  di dunia ini, sekali pun penjahat yang tidak ingin mendidik anaknya dengan tidak sempurna. Hal ini disebabkan adanya ikatan kuat hubungan darah antara ibu dengan anak sebagai bentuk "Tangan Tuhan" di Bumi
Keterangan:
Personifikasi TANGAN TUHAN (theos) dengan cara menggambarkan kekuatan Tuhan sesuai wujud atau rupa (morf) manusia (anthropos ) merupakan sebuah keniscayaan. Dengan demikian, antropomorfisme ini tentu saja tidak mungkin dihindari, sebab TUHAN sendiri telah mewahyukan firman-Nya dalam bahasa manusia. Salah satu makna "Tangan Tuhan" adalah Kekuatan Tuhan.[7]
Tangan Tuhan  menggerakan ibu untuk bekerja sebagai pengasuh dan pendidik untuk anaknya bertahun-tahun secara ikhlas. Artinya ada kekuatan Tuhan menggerakan ibu cerdas tersebut.
Referensi
[1]Â Abdurrofi Abdullah Azzam. Parenting and the Role of a Mother Principal. Pada 07 Januri 2018.
[2] WHO. 2020. Healthy At Home : Healthy Parenting. Diakses pada 8 Juli 2020 dari who.int : https://www.who.int/campaigns/connecting-the-world-to-combat-coronavirus/healthyathome/healthyathome---healthy-parenting?gclid=Cj0KCQjwl4v4BRDaARIsAFjATPmn9mZaUdsAxVHsFPoys9-3OjOnDtmKkn2flv_y4vtzdum0jipdJZcaAtF7EALw_wcB
[3] WHO. 2020. Wash Your Hands with Peppa Pig. Diakses pada 8 Juli 2020 dari Youtube kids : https://www.youtube.com/watch?v=zAnSkaPgviY&feature=youtu.be
[4] Diana Baumrind . 1996. The Discipline Controversy Rev is it ed. Family Relation. 45 (4), hal 406. Diakses pada 8 Juli 2020 dari jstore : https://pdfs.semanticscholar.org/e2ce/f4fbc5c5d750bbdcf5a0dae3889d79308c5f.pdf
[5] Lawrence Kelso Frank. 1940. Freedom for the personality. Psychiatry, 3, 341-349. Diakses pada 8 Juli 2020 dari The Merrill-Palmer Collection : https://reuther.wayne.edu/files/UR001066_Kelso.pdf