Artinya? Pendapatan setahun KAI Log bahkan tak sampai 0,1% dari total pasar logistik nasional. Padahal volume angkutnya besar (27 juta ton pada 2024), tapi nilai tambah yang dihasilkan tipis. Di sinilah letak masalah: volume besar tanpa model bisnis cepat dan presisi hanya membuat KAI Log jadi "angkut barang banyak tapi cuan tipis".
Salah Menaruh Prioritas
Yang terjadi sekarang ibarat lebih senang mengejar uceng. Layanan yang menambah daftar panjang brosur memang terdengar manis, tapi tidak menyentuh inti masalah logistik nasional: waktu, kepastian, dan kecepatan.
Kurir cepat (same-day/next-day) berbasis rel bisa jadi pembeda. Jadwal kereta yang disiplin seharusnya menjadi nilai jual utama. Bayangkan bila seller di Surabaya bisa menjanjikan barang tiba di Jakarta keesokan pagi, hanya karena KAI Log berani bikin layanan next-day yang konsisten. Itu "deleg"-nya.
Apa yang Mestinya Dikejar?
Sederhana:
Kurir cepat antarkota -- bukan sekadar kirim, tapi pasti waktunya.
Hub-to-hub presisi -- cut-off jelas, jadwal jelas, tiba jelas.
Kolaborasi digital -- integrasi dengan marketplace dan kurir last-mile lewat sistem terbuka, bukan sekadar seremoni.
Kalau tiga hal ini dikerjakan serius, KAI Log bisa jadi pemain mid-mile utama di negeri ini. Kalau tidak, KAI Log hanya akan terus di pojok panggung, jadi BUMN yang sibuk kerja keras tapi tidak relevan di peta besar logistik modern.
Penutup: Jangan Sampai Kehilangan Ikan Besar