Karena ada begitu banyak perempuan yang merasa dikhianati di titik paling rapuh dalam hidupnya---saat ia butuh dukungan, bukan ditinggalkan. Karena ada begitu banyak pria yang salah kaprah soal bagaimana cara menjadi laki-laki sejati.
Karena kita butuh menyuarakan bahwa:
Menopause bukan aib,
Menjadi tua bukan kelemahan,
Dan mencari istri muda bukan cara menyelesaikan masalah batin.
Ketika seorang istri menua, ia tak butuh diganti. Ia butuh dirangkul. Ketika seorang suami merasa tua, bukan berarti ia harus membuktikan dengan pasangan baru. Tapi dengan menjadi pendamping yang matang.
Karena cinta sejati tak lahir dari hormon atau usia. Tapi dari kesetiaan yang tetap memilih---meski badai hormon dan perubahan tubuh datang silih berganti.
Saya jadi teringat ucapan sahabat saya, Bu Ina---sosok perempuan tangguh yang telah melewati masa menopause dengan anggun dan penuh keikhlasan. Katanya sederhana, tapi mengena:
"Jangan fokus pada rasa. Fokuslah pada kewajiban. Maka suami istri akan langgeng dalam suka duka."
Ucapan itu seperti tamparan lembut yang menyadarkan bahwa cinta bukan tentang rasa yang selalu menyala, tapi tentang komitmen yang terus dijaga.
Tulisan ini bukan untuk menghakimi, tapi untuk mengajak: mari kita bicara lebih jujur soal cinta, usia, dan kesetiaan.