Tak semua pria sanggup menerima dirinya yang menua. Ketika rambut mulai memutih dan stamina tak lagi sama, ada rasa panik yang muncul diam-diam: "Apakah aku masih diinginkan?"
Validasi itu penting. Tapi cara mencarinya bisa sehat, bisa juga keliru. Dalam banyak kasus, pria yang tak siap menghadapi perubahan diri dan pasangannya, memilih jalur instan: perempuan muda. Mereka menganggap pasangan muda sebagai cermin bahwa mereka masih gagah, masih kuat, masih "jantan".
Padahal, yang sedang mereka kejar bukan cinta. Tapi pembuktian bahwa maskulinitas mereka belum habis.
Antara Cinta, Nafsu, dan Ilusi Keperkasaan
Fenomena ini sering kali dibungkus rapi dengan narasi-narasi religius atau sosial:
"Menolong janda."
"Ingin keturunan lagi."
"Istri tidak bisa melayani."
Namun bila dibedah, banyak di antaranya lebih merupakan ilusi keperkasaan yang sedang rapuh. Bahkan ada yang baru merasa jantan setelah mampu memelihara dua rumah tangga, padahal rumah tangga pertama masih penuh luka.
Perempuan muda bukan solusi dari krisis identitas. Bahkan bisa jadi, hubungan itu cepat hambar ketika ternyata yang dicari bukan pasangan, tapi penyanjung.
Mengapa Artikel Ini Perlu Ditulis?