Planet yang kita tinggali saat ini, yang kita kenal dengan sebutan Bumi, telah mengalami perjalanan panjang yang penuh dengan lika-liku. Perjalanan ini dikenal dengan sebutan evolusi. Menurut Charles Darwin, evolusi adalah perubahan bertahap pada makhluk hidup melalui seleksi alam, di mana individu dengan sifat yang lebih baik akan bertahan dan berkembang biak. Bumi dihuni oleh berbagai macam makhluk hidup, salah satunya adalah kita, Homo sapiens.
Yuval Noah Harari, dalam bukunya Sapiens, menjelaskan bahwa terdapat tiga revolusi penting yang membentuk jalannya sejarah peradaban manusia, yaitu Revolusi Kognitif, Revolusi Pertanian, dan Revolusi Sains. Dari ketiga fase revolusi tersebut, berbagai perubahan terjadi hingga saat ini. Kita dapat bertanya pada diri sendiri: bagaimana mungkin manusia, yang pada awalnya hanyalah salah satu spesies di muka Bumi, mampu menjadi pemuncak rantai makanan, mengalahkan makhluk lainnya, dan bahkan bertindak seolah-olah menjadi tuhan dalam kehidupan sehari-hari?
Jawaban paling umum adalah bahwa kita mengalami perkembangan kognitif yang lebih cepat dibandingkan spesies lain. Otak kita lebih maju, kita mampu menciptakan bahasa yang sangat luwes, dan yang terpenting, kita dapat bekerja sama secara fleksibel berkat kemampuan membangun kepercayaan melalui gosip atau fiksi yang kita yakini bersama.
Namun, perkembangan pesat ini juga membawa konsekuensi besar. Banyak malapetaka ekologis terjadi akibat eksploitasi berlebihan yang dilakukan manusia. Kita menjadi spesies yang dominan, tetapi juga berbahaya bagi ekosistem di sekitar kita. Di sisi lain, meskipun Homo sapiens terus berkembang dan menciptakan berbagai kemajuan, terdapat pertanyaan mendasar terhadap diri kita. mengapa kita masih sering merasa terasing, depresi, dan tertekan? Salah satu jawabannya adalah karena secara bawah sadar, kita masih terikat oleh cara hidup nenek moyang kita yang hidup sebagai pemburu-pengumpul.
Contohnya, mengapa manusia cenderung rakus melahap makanan berkalori tinggi dan manis? Teori evolusi menyebutkan bahwa nenek moyang kita terbiasa mengonsumsi makanan berkalori tinggi sebagai bentuk adaptasi terhadap kelangkaan pangan. Namun, di era modern yang serba berlimpah, kebiasaan ini justru menjadi penyebab berbagai masalah kesehatan.
Homo sapiens bukan hanya mencari makanan sebagai bahan mentah, tetapi juga selalu mencari pengetahuan untuk bertahan hidup dan menguasai wilayah. Namun, di dunia modern saat ini, kita yang hidup di masyarakat industri dan perkotaan tidak lagi bergantung pada alam untuk bertahan hidup. Kita tidak perlu mengetahui cara berburu atau mengenali tanaman liar, melainkan lebih peduli pada tagihan listrik, pekerjaan, dan tuntutan sosial lainnya.
Perjalanan manusia ke Benua Australia merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah. Sebelum manusia tiba, Australia adalah habitat alami bagi berbagai spesies unik. Namun, kedatangan manusia menyebabkan punahnya banyak spesies, yang menjadi bukti bagaimana manusia sering kali bertindak semena-mena terhadap lingkungan. Ini juga menunjukkan bagaimana kita, sebagai spesies yang sombong, turut andil dalam perubahan iklim dan kehancuran ekosistem.
Revolusi Pertanian mengubah cara hidup manusia secara drastis. Dari yang semula berburu dan meramu, manusia mulai menetap, bercocok tanam, dan membangun peradaban. Revolusi ini juga membawa dampak sosial yang besar, termasuk terbentuknya struktur sosial dan peradaban yang lebih kompleks. Pada fase ini, umat manusia mulai menemukan cara untuk mempersatukan diri melalui kepercayaan akan masa depan dan sistem sosial yang terorganisir.
Revolusi Sains membawa perubahan yang lebih besar lagi. Salah satu temuan utama dalam revolusi ini adalah kesadaran bahwa masih banyak hal yang belum kita ketahui. Ilmu pengetahuan berkembang pesat, menciptakan teknologi yang mengubah cara kita hidup. Namun, muncul pertanyaan: apakah kemajuan teknologi ini merupakan kekayaan atau justru bencana ekologis bagi planet ini?
Di era modern, kita semakin percaya bahwa uang dan sains adalah jawaban bagi segala permasalahan hidup. Sains bekerja sama dengan kekuasaan dan industri, sering kali disponsori oleh pihak-pihak berkepentingan. Kemajuan ini membawa manfaat besar, tetapi juga menimbulkan berbagai dilema moral dan etika.
Pada akhirnya, manusia bukan lagi sekadar makhluk hidup biasa. Kita telah berkembang menjadi spesies yang mampu menciptakan dan menghancurkan, membangun dan merusak. Kita adalah hewan yang telah menjadi "tuhan" atas kehidupan di Bumi. renungan yang medalam dalam buku yang berjudul Sapiens karya Yuval Noah Harari.