Mohon tunggu...
Abdu Alifah
Abdu Alifah Mohon Tunggu... Human Resources - Karyawan

Seorang manusia biasa yang secara kebetulan dianugerahi hobi membaca!

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

"Of Mice and Men": Kisah Kehidupan Para Buruh yang Malang dan Mimpi Sederhana Mereka

16 September 2019   17:24 Diperbarui: 16 April 2021   13:05 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku novel 'Of Mine and Mice' karya John Steinbeck (Dok. pribadi)

Di awal-awal cerita, kita akan langsung disuguhi dengan gambaran kehidupan buruh migran yang malang, kesulitan saat berpergian dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mencari pekerjaan, kerja keras yang tampak sia-sia, soal-soal eksistensial akan suatu kehidupan yang sepi, hampa, dan tidak berarti apa-apa, tidak memiliki keluarga yang peduli, tidak ada orang yang bisa diajak bicara dan dipercaya, kesendirian, tujuan hidup yang buram, serta mimpi-mimpi sederhana namun tampak bagai fantasi yang utopis.

Saat George dan Lennie sampai dan mulai bekerja di peternakan, John Steinbeck, seakan belum puas, terus saja memberikan gambaran malang kehidupan bara buruh lainnya. Ada Cindy, si tua bangka yang satu tangannya buntung. Ia sudah bertahun-tahun bekerja di peternakan ini sebagai pembantu umum. 

Tugasnya menyapu, mengepel,menyiapkan air bersih dan makanan untuk buruh-buruh lainnya. Awalnya, saya pikir ia adalah tokoh yang agak antagonis, haha. Sebab awal kali bertemu dengan George dan Lennie, si Cindy ini tampak menyembunyikan sesuatu dan mencurigakan, juga saya pikir bekerja selama itu sebagai buruh tentulah barangkali ia merasa bahagia dan nyaman.

Namun ternyata, Cindy memiliki kekhawatiran yang begitu besar dengan hidupnya. Siapa yang mau mengurus dirinya jika sudah tidak bisa melakukan apapun? Ia jelas akan diusir oleh si bos peternakan karena tidak lagi berguna. 

Maka pada suatu malam,saat ia mendengar percakapan antara George dan Lennie tentang mimpi sederhana mereka di masa depan, Cindy memohon-mohon untuk diajak serta. 

Ia tidak keberatan memberikan semua uang simpanannya, tidak keberatan membantu semua hal tanpa dibayar se-sen pun nanti. Ia hanya ingin ada seseorang yang peduli padanya saat ia sudah tak lagi ada guna.

Lalu ada Crooks, si pria negro yang punggungnya bengkok karena ditendang kuda. Crooks, selayaknya orang-orang kulit hitam kala itu, mengalami diskriminasi rasial. 

Ia dikucilkan, bahkan di peternakan tempat ia bekerja selama ini. Ia adalah satu-satunya buruh yang tidak tinggal di barak bersama buruh lain, tapi di sebuah kamar yang satu atap dengan kandang sapi. Jujur, dada saya merasa panas saat mendengar cerita Crooks ini, kemanusian saya seketika tersinggung. 

Perlakuan diskriminatif yang Crooks alami begitu panjang menjadikan dirinya sendiri inferior, merasa seperti manusia rendah. Crooks, misalnya, langsung tak berkutik saat suatu malam, istri Curley (anak brengsek si Bos) memarahinya dengan kejam dan rasis, "Kau harus tahu diri, Negro. 

Aku bisa membuatmu digantung di pohon dengan gampang sampai-sampai tak akan terasa lucu lagi!". Dalam pandangan saya, mental Crooks sudah hancur berkeping-keping hingga tak tersisa lagi harga diri daripada kemanusiaannya. Sebab kala itu, ia hanya mampu berkata, "Ya, Ma'am." tanpa sedikitpun merasa berhak untuk marah dan melawan.

Namun demikian, Crooks pun ternyata masih memiliki harapan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik. Maka pada suatu malam, saat Lennie tidak sengaja masuk ke kamar Crook di kandang sapi mencari anak anjingnya, Lennie menceritakan tentang mimpi sederhananya di masa depan nanti. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun