Mohon tunggu...
Bayu
Bayu Mohon Tunggu... Editor - Sukma

Freelencer, blogger, and Copy Writer. For inquiries contact me sukmabayu4648[at]gmail[dot]com I opiniku14.wixsite.com/abay

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Etika Al-Farabi sebagai Solusi Permasalahan Manusia Modern

9 Agustus 2022   13:13 Diperbarui: 9 Agustus 2022   13:34 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Shutterstock

Dan hal itu sangat bertolak belakang dengan ajaran agama khususnya di dalam ajaran agama Islam. Islam itu adalah ajarannya akan membuat kita damai secara batini juga secara jasadi. 

Sementara menurut Gus Dur Islam adalah keyakinan yang menebar kasih sayang, yang secara mendasar selalu menghargai perbedaan yang melihat secara batini dan seimbang dengan jasadi.[6] Artinya bahwa Islam ini membawa rahmat dan kasih sayang bagi kita semua baik secara batin dan dhahirnya.

Oleh karena itu Islam tidak mengajarkan pemeluknya berlaku hedonis dalam menjalani kehidupan ini, karena hedonisme hanya akan mengejar kebahagiaan sesaat. 

Selaras dengan hal itu, al-Ghazali juga memberikan pendapatnya bahwa kebahagiaan manusia pada umumnya itu kondisi jiwa seseorang muncul dari kesenangan terhadap sesuatu yang yang diperoleh dari kenikmatan-kenikmatan indrawi, sesuatu yang indah dipandang, dan nikmat dirasakan oleh jasadi itu semua hanya kesenangan nisbi atau temporal sementara. 

Kesenangan dan kebahagiaan yang temporal itu akan hilang dengan cepat ketika faktor eksternal itu menghilang.[7]

Dan menurut al-Ghazali kebahagiaan hakiki adalah kebahagiaan yang hanya mampu diperoleh ketika kesenangan dan kebahagiaan itu menyentuh jiwanya. 

Ia melanjutkan bahwa kesenangan dan kebahagiaan tertinggi adalah pengenalan terhadap Tuhan, karena jiwa diciptakan untuk mengenal-Nya, dan itu adalah kebahagiaan yang sangat esensial. Oleh karena itu dalam kitabnya Ihya ulumuddin ia berkata,

Bisa diterjemahkan: Ketahuilah bahwa seluruh kebaikan, kenikmatan, dan kebahagiaan, bahkan segala hal yang dicari dan memberi kesan dalam jiwa disebut nikmat. Akan tetapi, nikmat yang hakiki adalah kebahagiaan ukhrowiyyah (akhirat).[8]

Sementara itu, menurut Ibn Miskawaih kebahagiaan itu adalah sesuatu yang dirasakan oleh dua unsur yang ada dalam diri manusia yaitu jasad dan ruh. Kebahagiaan yang bersifat jasad itu bersifat sementara. Sementara kebahagiaan ruh adalah kebahagiaan yang bersifat spiritual. Kebahagiaan spiritual lebih sempurna dan kekal nikmatnya.[9]

Sementara menurut Al-Farabi memiliki konsep dua kebahagiaan. Kebahagiaan secara batini diri melalui akal. Sementara kebahagiaan kedua adalah kebahagiaan secara sosial.

Puncak kebahagiaan pertama adalah ketika jiwa manusia menjadi sempurna di dalam wujud dan sudah tidak membutuhkan dalam eksistensi pada suatu materi indrwai. Untuk mencapai jiwa yang sempurna ini menggunakan akalnya untuk mencapai akal aktif istilahnya adalah akal mustafad (akal sempurna) yang mampu berhubungan melalui batinnya dengan alam semesta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun