Materi yang disampaikan oleh Dr. Punang Amaripuja, S.E., S.T., M.IT. dan Irfan Amalee menekankan bahwa perubahan zaman yang sangat cepat, khususnya di era Revolusi Industri 4.0 dan 5.0, menuntut generasi muda untuk beradaptasi dan mengembangkan diri agar tidak tertinggal. Perguruan tinggi sebagai tempat pembelajaran harus mempersiapkan mahasiswa menghadapi dunia kerja yang penuh disrupsi. Di era ini, perkembangan teknologi tidak lagi bersifat linear melainkan eksponensial. Sejarah menunjukkan banyak prediksi keliru tentang masa depan---mulai dari anggapan bahwa mobil hanya tren sesaat, radio tak akan punya nilai komersial, komputer hanya dibutuhkan lima unit di seluruh dunia, hingga pernyataan bahwa tidak ada alasan orang memiliki komputer di rumah. Kesalahan-kesalahan prediksi tersebut terjadi karena pada masanya, jawaban yang salah tampak masuk akal. Orang tidak bisa membayangkan miniaturisasi, internet, antarmuka yang ramah pengguna, atau turunnya biaya komponen. Fenomena ini menunjukkan mengapa inovasi disruptif sering kali diabaikan; ia muncul dari masalah yang belum dipahami, menciptakan pasar baru, mengubah permainan, dan tak bisa diprediksi dengan metode bisnis konvensional.
Perubahan dari revolusi industri pertama hingga keempat juga menggambarkan lompatan besar: dari mekanisasi berbasis tenaga uap, produksi massal dan listrik, komputerisasi dan otomatisasi, hingga era siber-fisik. Inovasi seperti Amazon Prime Air yang menggunakan drone untuk pengiriman, printing 3D dan bioprinting, Hyperloop, dan kecerdasan buatan generatif yang mampu lulus ujian hukum dan kedokteran menunjukkan bagaimana teknologi bergerak cepat dan merambah industri yang dulunya didominasi manusia. Dr. Punang Amaripuja mengingatkan bahwa orang bukan dikalahkan oleh robot, melainkan oleh orang lain yang lebih mampu memanfaatkan AI. Karena itu, lulusan perguruan tinggi harus mampu mengintegrasikan AI ke dalam alur kerja mereka. Perguruan tinggi perlu memasukkan pemanfaatan AI dalam kurikulum dan mahasiswa harus belajar menggunakannya secara bertanggung jawab: sebagai asisten, bukan pengganti belajar; digunakan untuk brainstorming, merangkum, latihan soal, bukan menyalin mentah. Transparansi, verifikasi sumber, kejujuran akademik, dan orisinalitas adalah prinsip yang tak boleh ditinggalkan. Pada saat yang sama, mahasiswa perlu mempelajari keterampilan siap kerja yang relevan dengan zaman, misalnya melalui program seperti Google Career Certificates.
Selain itu, Irfan Amalee menawarkan tiga strategi untuk mengubah "generasi rebahan" menjadi "generasi emas", yang akan memungkinkan mereka untuk bersaing dalam era revolusi industri dan digital. Formula pertama adalah menemukan misi hidup. Ini dimulai dengan mengembangkan pola pikir bertumbuh (growth mindset), di mana kegagalan dipandang sebagai peluang belajar, tantangan sebagai sarana bertumbuh, dan umpan balik sebagai bahan konstruktif. Growth mindset mendorong orang untuk terus berusaha, berbeda dengan fixed mindset, yang menganggap kemampuan sudah ada dan mudah menyerah. Â Seseorang dapat menemukan potensinya dengan memikirkan apa yang ia sukai, apa yang ia kuasai, apa yang ia ingin jadikan profesi, dan apa kontribusinya kepada masyarakat. Â Metode kedua untuk membangun sistem diri adalah mengaktifkan motivasi internal. Manusia tidak suka dipaksa karena mereka memiliki kebutuhan dasar untuk dihargai dan otonomi. Seseorang dapat menemukan potensinya dengan memikirkan apa yang ia sukai, apa yang ia kuasai, apa yang ia ingin jadikan profesi, dan apa kontribusinya kepada masyarakat. Â Metode kedua untuk membangun sistem diri adalah mengaktifkan motivasi internal. Â Manusia tidak suka dipaksa karena mereka memiliki kebutuhan dasar untuk dihargai dan otonomi. Oleh karena itu, motivasi harus muncul dari dalam dengan memanfaatkan "tombol-tombol rahasia" dalam diri seperti kesenangan, kebutuhan, kebanggaan, manfaat, rasa ingin tahu, tantangan, minat, keyakinan, tujuan, dan makna. Kesuksesan bergantung pada kemampuan untuk berterima kasih sesaat, karena orang yang sukses tidak berhenti atau menyerah; mereka terus maju meskipun jalannya sulit. Â Formula ketiga adalah prinsip perubahan kecil yang konsisten, atau aturan 1% yang ditemukan dalam buku Atomic Habits. Â Perbaikan kecil setiap hari akan menghasilkan hasil yang signifikan dalam jangka panjang. Kedua materi ini berpadu dalam satu pesan penting: generasi muda, khususnya mahasiswa perguruan tinggi, harus siap menghadapi era digital dan revolusi industri yang penuh disrupsi dengan mengembangkan pola pikir bertumbuh, menemukan misi hidup, membangun sistem motivasi internal, memanfaatkan teknologi secara bijak, dan melatih keterampilan relevan agar mampu menjadi generasi emas yang produktif, adaptif, dan berintegritas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI