Mohon tunggu...
Aksara Alderaan
Aksara Alderaan Mohon Tunggu... Editor - Editor

Aksara Alderaan, seorang penulis fiksi yang sudah menulis beberapa karya, baik solo maupun antologi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hingga Peluit Panjang Berbunyi - Addition Time

2 Mei 2024   13:46 Diperbarui: 2 Mei 2024   13:48 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Laga itu di depan mata, demam panggung kembali menghantui. Teman-temanku berkata mereka sangat tidak sabar memainkan pertandingannya. Pengawas pertandingan mengizinkan pemain masuk ke dalam lapangan, dipimpin empat wasit yang bertugas pada pertandingan ini. Aku masih belum diberi kesempatan bermain oleh Bang James, hal tersebut membuat Kiandra sedikit bernapas lega. Karena, jika aku tidak bermain berarti 'perjanjian' itu gagal.

"Kalo lu nggak main di pertandingan final berarti 'kesepakatan' yang pernah kita buat batal, ya," kata Kiandra.

"Kok gitu!?"

"Lah, itu artinya lu nggak bisa cetak gol. Misalkan lu main aja belum tentu bisa cetak gol, apalagi nggak main."

"Oke, kalo gitu. Gua nggak lupa sama kesepakatan itu, tapi kalo misalkan gua berhasil berarti lu harus tepatin kesepakatannya."

"Tenang aja, Sa. Gua bukan orang yang ingkar janji!"


Sebenarnya aku khawatir jika hari ini benar-benar tidak diberi kesempatan bermain pada pertandingan final, meski satu sisi tidak apa-apa karena yang terpenting sekolahku harus juara. Hingga pertandingan babak pertama usai, sekolahku tertinggal 0-1 setelah Nathan blunder sehingga bola bersarang ke gawangnya.

Menjelang babak kedua dimulai, aku melihat Nathan merenungi kesalahannya. Di sana ada Kiandra yang berusaha menyemangatinya sehingga api cemburu berkobar dalam dadaku. Mereka juga terlihat seperti sedang membicarakan hal serius yang hanya mereka berdua saja yang tahu.

"Mahesa, lu siap-siap main di awal babak kedua nanti. Cedera Ezra kambuh lagi," sahut Bang James menepuk bahuku.

"Siap, Coach!" sorakku.

Babak kedua pun dimulai, aku ditempatkan pada posisi penyerang kanan, berduet dengan Bagas yang saat ini belum menambah pundi-pundi golnya lagi. Beberapa menit laga berjalan, timku mendapat hadiah tendangan bebas setelah Gilang ditekel oleh pemain lawan. Tendangan dieksekusi oleh dia sendiri dan berhasil mengoyak gawang lawan, skor berubah menjadi 1-1. Setelah gol tersebut, pertandingan semakin sengit. Tensi keras menghiasi kedua tim. Jual beli serangan terjadi, namun belum ada yang menghasilkan gol. Hujan turun menjelang akhir pertandingan membuat intensitas serangan sedikit mengendur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun