Mohon tunggu...
AA Diah Indrayani
AA Diah Indrayani Mohon Tunggu... Dosen - write with love

beginner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Filosofi Saraswati

30 Januari 2022   09:13 Diperbarui: 30 Januari 2022   09:41 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

2.4    Upakara dan Tata Cara Pelaksanaan  Saraswati

2.4.1 Upakara/Banten  Saraswati

            Di dalam upakara yang disebut Banten Saraswati salah satu unsurnya ada disebut jajan Saraswati. Jajan ini dibuat dari tepung beras berwarna putih dan berisi lukisan dua ekor binatang cecak. Mata cecak itu dibuat dari injin (beras hitam) dan di sebelahnya ada telur cecak. Dalam banten Saraswati itu mempunyai arti yang cukup dalam. Adapun sajian-sajiannya adalah tiga buah tumpeng dijadikan satu dulang, tutupnya sama seperti yang dipersembahkan kepada Dewa Pitra, serta raka galahan, sedan tiga warna dijadikan satu dulang, juga tutupnya sama seperti yang dipersembahkan kepada Dewa Pitara, raka dan jajan serba bergoreng. Pujaannya ialah canang Saraswati, canang payasan, pisang kembang, pisang jati, suci selengkapnya, berisi ikan bebek putih yang dijadikan betutu. Canang gantal, burat wangi, geti-geti, geringsing, salaran, pablonyoh selengkapnya. Pabersihan, tatebasan, prayascita, daksina, penyeneng dan segehan agung.  

               Menurut para ahli Antropologi, bangsa-bangsa Austronesia memiliki kepercayaan bahwa binatang melata seperti cecak diyakini memiliki kekuatan dan kepekaan pada getaran-getaran spiritual. Jajan Saraswati yang berisi gambar cecak member pelajaran bahwa ilmu pengetahuan itu jangan hanya berfungsi mengembangkan kekuatan rasio atau pikiran saja, tetapi harus mampu mendorong manusia untuk memiliki kepekaan intuisi sehingga dapat menangkap getaran-getaran rohani.

               Dalam lontar Saraswati juga memakai daun beringin. Daun beringin adalah lambang kelanggengan atau keabadian serta pengayoman. Ini berarti ilmu pengetahuan itu bermaksud mengantarkan kepada kehidupan yang kekal abadi. Ilmu pengetahuan juga berarti pengayoman.

               Upacara pada hari Saraswati, pustaka-pustaka, lontar-lontar, buku-buku dan alat-alat tulis menulis yang mengandung ajaran atau berguna untuk ajaran-ajaran agama, kesusilaan dan sebagainya, dibersihkan, dikumpulkan dan diatur pada suatu tempat, di pura, di pemerajan atau di dalam bilik untuk diupacarai. Widhi widhana (bebanten = sesajen) terdiri dari peras daksina, bebanten dan sesayut Saraswati, rayunan putih kuning serta canang-canang, pasepan, tepung tawar, bunga, sesangku (samba = gelas), air suci bersih dan bija (beras) kuning.


2.4.2 Tata Cara Pelaksanaan Saraswati

  1. Upakara yang munggah di kemulan :Banten pejati asoroh, Banten saraswati, Canang pasucian.
  2. Upakara pada lontar atau buku : Soda putih kuning, Banten Saraswati, Canang pasucian.
  3. Upakara ayaban : Banten pejati asoroh, suci alit, Banten ayaban senistane tumpeng tujuh bungkul, Sesayut amerta dewa, Sesayut puspa dewa, Sesayut pabersihan, Sesayut pasupati, Sesayut yoga sidhi, Banten prayascita, beyakawonan, rantasan warna merah, pasucian, Segehan nasi abang 9 tanding.

Adapun tatacara pelaksanaanya yaitu :

Asana : mengatur sikap, sikap duduk, dengan sikap padmasana, Ardha padmasana, silasana, dan lain sebagainya. Kaki kanan, harus ada didepan kaki kiri, atau di atas kaki kiri.

Pranayama : mengatur jalannya nafas, a. Puraka, menarik nafas dari hidung kiri, dengan mantram : Aum, Ung namah. b. Kumbaka, menahan nafas sebentar, dengan mantra : Aum, mang namah. c. recaka, nafas keluar dari hidung kanan dengan mantram : Aum, Ang namah.

Karo sodana : menyucikan kedua belah tangan. Sebelum kedua belah tangan itu melakukan tugasnya untuk bersembahyang, maka terlebih dahulu harus tangan itu dibersihkan atau disucikan, dengan pelaksanaan sebagai berikut : kedua belah tangan ditumpukkan dan ditengadahkan di muka pusat. Kapertama, tangan kanan harus ada ada di atas tangan kiri, dengan mantram : Aum kara sodhamam swaha. Kemudian diganti, dengan tangan kiri diatas tangan kanan, dengan mantram : Aum kara ati sodhamam swaha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun