Mohon tunggu...
AA Diah Indrayani
AA Diah Indrayani Mohon Tunggu... Dosen - write with love

beginner

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Filosofi Saraswati

30 Januari 2022   09:13 Diperbarui: 30 Januari 2022   09:41 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

2.1.3 Arti kata Saraswati

            Kata Saraswati berasal dari suku kata sara -- su -- wati, sedangkan suku kata "sara" dapat diartikan "panah", dan kata panah berasal dari kata "bana" kemudian menjadi kata banah yang diberikan arti "ketajaman adnyana" atau kecerdasan (kamus Bali-Kawi). Sedangkan suku kata "su", mengandung maksud luwih atau bagus, dan "wati" dapat diartikan "ayu". Dengan demikian makna dari hari Saraswati adalah "amoliha kepradnyanan sane mautama pacang anggen ngamolihang kasukertan". Maksudnya adalah, dengan dianugrahkan kecerdasan oleh Sang Hyang Widhi, maka manusia tersebut akan mampu menolong dirinya sendiri dari lembah kesengsaraan serta berwawasan kebijaksanaan sehingga mampu memilah mana yang benar dan yang tidak benar. Oleh karena itu, pada pelaksanaan hari suci Saraswati adalah merupakan memohon kepradnyanan kehadapan Sang Hyang Widhi, agar nantinya bisa melewati samudra kesengsaraan. Kata Saraswati dalam bahasa Sanskerta dari urat kata "Sr" yang artinya mengalir. Saraswati berarti aliran air yang melimpah menuju danau atau kolam.
            Di dalam RgVeda, Saraswati dipuji dan dipuja lebih dari delapan puluh re atau mantra pujaan. Ia juga sering dihubungkan dengan pemujaan terhadap deva Visvedevah disamping juga dipuja bersamaan dengan Saraswati. Saraswati dalam Susastra Hindu di Indonesia.Tentang Saraswati di Indonesia telah dikaji oleh Dr. C. Hooykaas dalam bukunya Agama Tirtha, Five Studies in Hindu-Balinese Religion (1964) dan menggunakan acuan atau sumber kajian adalah tiga jenis naskah, yaitu: Stuti, Tutur dan Kakavin yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Saraswati di Bali dipuja dengan perantaraan stuti, stava atau stotra seperti halnya dengan menggunakan sarana banten (persembahan).
Apabila seorang pemangku melakukan pemujaan pada hari Saraswati, ia mengucapkan dua bait mantra berikut : Om Saraswati namas tubhyam, varade kama rupini, siddhirambha karisyami, siddhir bhavantu mesada. Pranamya sarya-devana ca, Paramatmanam eva ca, rupa siddhi prayukta ya,, Saraswati (n) namamyaham. (Saraswati 1-2.). Hanya Engkaulah yang menganugrahkan pengetahuan yang memberikan kebahagiaan. Engkau pula yang penuh keutamaan dan Engkaulah yang menjadikan segala yang ada. Engkau sesungguhnya permata yang sangat mulia, Engkau keutamaan dari setiap istri yang mulia, Demikian pula tingkah laku seorang anak yang sangat mulia, karena kemuliaan-Mu pula semua yang mulia menyatu. Om Saraswati namotubhyam varade kama rupini, siddhirambha karisyami siddhir bhavantu mesada (Saraswatistava I) Om Hyang Vidhi dalam wujud-MU sebagai dewi Saraswati, pemberi berkah, wujud kasih bagai seorang ibu sangat didambakan. Semogalah segala kegiatan yang hamba lakukan selalu berhasil atas karuniaMU
                Berbagai usaha atau jalan yang terbentang bagi Umat Hindu untuk mendekatkan dirinya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Demikian pula Tuhan Yang Maha Esa yang sesungguhnya tidak tergambarkan dalam alam pikiran manusia, untuk kepentingan Bhakti, Tuhan Yang Maha Esa digambarkan atau diwujudkan dalam alam pikiran dan materi sebagai Tuhan Yang Berpribadi (personal God). Berbagai aspek kekuasaan dan keagungan Tuhan Yang Maha Esa dipuja dan diagungkan serta dimohon karunia-Nya untuk keselamatan dan kesejahteraan umat manusia. Saraswati juga disebut dengan "saradha" (yang menganugrahkan sari kehidupan) "wagisari" (dewi kebijaksanaan). Dan "bharati" (kebudayaan luhur atau pelaksana tapa brata yang sempurna). Di samping "brahmi" (sakti brahma dan savitri serta sebutan lainnya).

Sebagai dewi wagisari pada suatu ketika beliau ditugaskan untuk mengalihkan permohonan kumbakarna (raksasa pertapa adik rahwana) oleh siding para dewa. Permohonan kumbakarna telampau berat dan berlebihan bila dipenuhi bagi soroh raksasa pemenuhan itu dapat merusak konstelasi dan kedamaian semesta. Oleh karena itu dewi wagisari, ditugaskan untuk mengalihkan permohonannya melalui menempati lidah kumbakarna ketika permohonannya disampaikan. Menyimpang dari maksudnya semula, saat ia menyampaikan permohonan kepada brahma atas tapanya yang tumbuh. Ia memohon : 'anugrahi hamba agar dapat tidur terus menerus selama bertahun-tahun". Demikian dikisahkan dalam Ramayana, terkaiat dengan keberadaan saraswati sebagai dewi kebijaksanaan dan juga dewi wacana. Tanpa pengendalian yang baik atas tutur kata kita, oleh kebijaksanaan, kemurnian nurani apa yang kita ucapkan dapat berubah dari maksud semula. Tidak jarang, salah dalam bertutur kata dapat berbuat dendam, permusuhan, bahkan mala petaka bagi kita. Sebaliknya, savitri (juga nama lain dari dewi saraswati) titisan saraswati sebagai putri raja yang suaminya dalam keadaan sekarat menjelang ajal, berhasil meluluhkan hati dewa yang yama melalui wacana-wacana pengetahuannya. Yama pun tak punya pilihan lain, kecuali mengabulkan segala permohonan savitri.

            Selain itu Hari saraswati merupakan perenungan dan pengevaluasian kembali apakah ilmu pengetahuan itu sudah benar-benar diamalkan sesuai fungsinya. ''Kenapa kita diminta diam sejenak dan pantang membaca serta menulis saat hari raya Saraswati?" tujuannya jelas agar kita punya ruang yang lapang untuk mengevaluasi diri, Pada Saniscara Wuku Watugunung itu, semua pustaka terutama Weda dan sastra-sastra agama dikumpulkan sebagai lambang stana pemujaan Dewi Saraswati. Di tempat pustaka yang telah ditata rapi itu diaturkan upacara Saraswati.

2.2 Simbol dan Makna Dewi Saraswati

Beliau disimbolkan sebagai seorang dewi yang duduk diatas teratai dengan berwahanakan seekor angsa (Hamsa) atau seekor merak, berlengan empat dengan membawa sitar/veena dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kiri membawa pustaka/kitab dan tangan kiri satunya ikut memainkan gitar membawa sitar/veena dan ganatri di kedua tangan kanan, tangan kin membawa pustaka/kitab dan tangan kiri satunya ikut memainkan veena atau bermudra memberkahi.


Makna dan simbol-simbol ini adalah:

  1. Berkulit putih, bermakna: sebagai dasar ilmu pengetahuan (vidya) yang putih, bersih dan suci.
  2.  Kitab/pustaka ditangan kiri, bermakna: Semua bentuk ilmu dan sains yang bersifat sekular. Tetapi walaupun vidya (ilmu pengetahuan spiritual) dapat mengarahkan kita ke moksa, namun avidya (ilmu pengetahuan sekular jangan diabaikan dulu). Seperti yang dijelaskan Isavasya-Upanisad: "Kita melampaui kelaparan dan dahaga melalui avidya, kemudian baru melalui vidya meniti dan mencapai moksa."
  3. Wina, bermakna : seni, musik, budaya dan suara AUM. Juga merupakan simbol keharmonisan pikiran, budhi, kehidupan dengan alam lingkungan. Wina yaitu sejenis alat musik, yang di Bali disebut rebab. Suaranya amat merdu dan melankolis. Ini melambangkan bahwa ilmu pengetahuan itu mengandung keindahan atau estetika yang amat tinggi. Bunga padma adalah lambang Bhuana Agung stana Tuhan Yang Maha Esa. Ini berarti ilmu pengetahuan yang suci itu memiliki Bhuana Alit dan Bhuana Agung. Teratai juga merupakan lambang kesucian sebagai hakikat ilmu pengetahuan.
  4. Akshamala/genitri/tasbih di tangan kanan, bermakna: Ilmu pengetahuan spiritual itu lebih berarti daripada berbagai sains yang bersifat sekular (ditangan kiri). Akan tetapi bagaimanapun pentingnya kitab-kitab dan ajaran berbagai ilmu pengetahuan, namun tanpa penghayatan dan bakti yang tulus, maka semua ajaran ini akan mubazir atau sia-sia.Genitri (aksamala/tasbih) melambangkan ilmu pengetahuan bersifat kekal,tak terbatas, tidak akan ada akhirnya dan habis-habisnya untuk dipelajari.
  5. Wajah cantik jelita dan kemerah-merahan, bermakna: Simbol kebodohan dan kemewahan duniawi yang sangat memukau namun menyesatkan (avidya).
  6. Angsa adalah jenis binatang unggas yang memiliki sifat-sifat yang baik yaitu tidak suka berkelahi dan suka hidup harmonis. Angsa juga memiliki kemampuan memilih makanan. Meskipun makanan itu bercampur dengan air kotor tetapi yang masuk ke perutnya adalah hanya makanan yang baik saja, sedangkan air yang kotor keluar dengan sendirinya. Demikianlah, orang yang telah dapat menguasai ilmu pengetahuan, kebijaksanaan mereka memiliki kemampuan wiweka. Wiweka artinya suatu kemampuan untuk membeda-bedakan yang baik dengan yang jelek dan yang benar dengan yang salah. Angsa (Hamsa), melambangkan: Bisa menyaring air dan memisahkan mana kotoran dan mana yang bisa dimakan, mana yang baik mana yang buruk, walaupun berada di dalam air yang kotor dan keruh maupun Lumpur, (simbol vidya).
  7. Burung Merak adalah lambang kewibawaan. Orang yang mampu menguasai ilmu pengetahuan adalah orang yang akan mendapatkan kewibawaan. Sehubungan dengan ini, Swami Sakuntala Jagatnatha dalam buku Introduction of Hinduisme menjelaskan bahwa ilmu yang dapat dimiliki oleh seseorang akan menyebabkan orang-orang itu menjadi egois atau sombong. Karena itu ilmu itu harus diserahkan pada Dewi Saraswati sehingga pemiliknya menjadi penuh wibawa karena egoisme atau kesombongan itu telah disingkirkan oleh kesucian dari Dewi Saraswati. Ilmu pengetahuan adalah untuk memberi pelayanan kepada manusia dan alam serta untuk persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Merak , bermakna: berbulu indah, cantik dan cemerlang biarpun habitatnya di hutan. Dan bersama dengan angsa bermakna sebagai wahana (alat, perangkat, penyampai pesan-pesanNya).
  8.  Bunga Teratai, melambangkan kesucian ilmu pengetahuan yang murni, tidak tercelaBunga Teratai/Lotus, bermakna: bisa tumbuh dengan subur dan menghasilkan bunga yang indah walaupun hidupnya di atas air yang kotor. Pada Hari Raya Saraswati Tentang bunga padma yang di Bali disebut bunga tunjung dipegang oleh salah satu tangan patung atau gambar Dewi Saraswati adalah memiliki lambang-lambang tersendiri. Di dalam Kakawin Saraswati disebutkan, bunga padma putih yang sedang kembang merupakan lambang jantung di Bhuana Alit. Padma merah ada dalam hati, padma biru ada dalam empedu. Budi suci sebagai aliran sungai Sindhu selalu meyakini kesuburan bunga-bunga padma yang berwarna-warni itu. Kecakapan bagaikan aliran sungai Narmada. Kemurnian hatiku sebagai sungai Gangga. Dewi Saraswati berstana di lidah dan Dewi Irawati berstana di mata. Demikianlah tujuan pemujaan Dewi Saraswati.

2.3 Hari Suci Saraswati

Hari Raya Saraswati yaitu hari Pawedalan Sang Hyang Aji Saraswati, jatuh pada tiap-tiap hari Saniscara Umanis wuku Watugunung. Pada hari itu kita umat Hindu merayakan hari yang penting itu. Terutama para pamong dan siswa-siswa khususnya, serta pengabdi-pengabdi ilmu pengetahuan pada umumnya. Hari raya untuk memuja Saraswati dilakukan setiap 210 hari yaitu setiap hari Sabtu Umanis Watugunung. Besoknya, yaitu hari Minggu Paing wuku Sinta adalah hari Banyu Pinaruh yaitu hari yang merupakan kelanjutan dari perayaan Saraswati. Perayaan Saraswati berarti mengambil dua wuku yaitu wuku Watugunung (wuku yang terakhir) dan wuku Sinta (wuku yang pertama). Hal ini mengandung makna untuk mengingatkan kepada manusia untuk menopang hidupnya dengan ilmu pengetahuan yang didapatkan dari Sang Hyang Saraswati. Karena itulah ilmu penge-tahuan pada akhirnya adalah untuk memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewi Saraswati.  Dalam legenda digambarkan bahwa Saraswati adalah Dewi/ lstri Brahma. Saraswati adalah Dewi pelindung/ pelimpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan sastra. Berkat anugerah dewi Saraswati, kita menjadi manusia yang beradab dan berkebudayaan.

Saraswati adalah nama dewi, Sakti Dewa Brahma (dalam konteks ini, sakti berarti istri). Dewi Saraswati diyakini sebagai manifestasi Tuhan Yang Maha Esa dalam fungsi-Nya sebagai dewi ilmu pengetahuan. Dalam berbagai lontar di Bali disebutkan "Hyang Hyangning Pangewruh." 

Di India umat Hindu mewujudkan Dewi Saraswati sebagai dewi yang amat cantik bertangan empat memegang: wina (alat musik), kropak (pustaka), ganitri (japa mala) dan bunga teratai. Dewi Saraswati dilukiskan berada di atas angsa dan di sebelahnya ada burung merak. Dewi Saraswati oleh umat di India dipuja dalam wujud Murti Puja. Umat Hindu di Indonesia memuja Dewi Saraswati dalam wujud hari raya atau rerahinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun