"Loh, Jo, kamu ndak njemput istrimu to?" Ucapan Pak Jan membuat Tarjo kaget. Ia menepuk dahinya sendiri.
"Woalah, iya! Aku hampir lupa!"
Tarjo segera menggerakkan motornya. Ia melaju dengan tergesa.
"Jo! Helm-mu ketinggalan!"
Teriakan pak Jan di pinggir jalan tidak lagi terdengar oleh Tarjo. Ia sudah menghilang di tikungan. Dilampauinya kendaraan-kendaraan lain yang lalu-lalang di jalan.
***
Motor Tarjo berhenti di tempat parkir pasar. Ia turun dari motor dan segera menuju ke kios tempat istrinya berjualan.
Sumini duduk di depan kios.
"Kok lama to, mas?" Keluhnya. Ia mengelap peluh yang menetes di pelipis.
"Iya, tadi aku diajak main catur Pak Jan di pangkalan, sampai lupa." Tarjo menyandarkan tubuhnya ke tiang penyangga serambi kios.
"Owalah," sahut istrinya sambil lalu.
"Ni bantu aku bawa panci ini. Di dalamnya ada sayur lodeh kesukaanmu."
"Tadi aku bikin buat pelanggan, malah ndak habis." Sumini menunjuk panci di kursi panjang, lalu mengunci pintu kios.