Salah satu kebahagiaan tinggal di Kota Depok adalah ketika Jusuf Kalla Library lahir. Rupanya kota ini sudah lama merindukan buku-buku.
Pasalnya perpus kota Depok yang saya kunjungi 10 tahun lalu tidak meninggalkan kesan yang cukup baik. Lokasinya di dalam gedung pemerintahan, areanya tidak terlalu besar dengan koleksi buku seadanya untuk sekelas perpus kota.
Saya adalah orang yang setiap ke kota tertentu tidak lupa untuk menengok perpustakaannya. Menurut saya tingkat literasi masyarakat bisa dilihat dari bagaimana pemerintah memperhatikan taman baca atau perpustakaan di kotanya.
Sayangnya perpus kota Depok bahkan tak bisa menandingi perpus kota kecil sekelas Ungaran. Lebih sayang lagi saya harus terjebak di kota ini dalam jangka panjang bahkan entah sampai kapan.
Kelahiran Jusuf Kalla Library patut dirayakan. 10 tahun adalah waktu yang cukup lama untuk menantikan sebuah perpustakaan yang bisa mengakomodir segala kebutuhan literasi warganya.
Bukan milik pemerintah memang, tapi milik salah satu universitas negeri, UIII (Universitas Islam International Indonesia). Meski begitu perpus ini rasanya sudah seperti milik bersama, kecuali ketika bayar HTM ya, he.
Mungkin karena sounding perpus ini lebih keras ketimbang kampusnya itu sendiri. Jika di Jakarta Timur ada mall yang lebih terkenal ketimbang perumahannya, maka di Depok ada perpus yang lebih terkenal ketimbang kampusnya.
Lambat laun saya mulai mencintai perpus ini. Bukan hanya karena jaraknya hanya selemparan batu dari rumah tapi juga segala fasilitas yang mereka miliki. Perpus ini memborong semua status : modern, artistik, estetik, nyaman bahkan futuristik. Pendek kata perpus ini adalah simbol perpustakaan masa depan.
Tanpa mengecilkan keberadaan perpusnas tapi dari segi luas bangunan saja Jusuf Kalla lebih unggul. Mengapa saya bilang simbol perpus masa depan? Banyak area kerja di perpus ini. Jumlahnya tak terhitung dengan berbagai macam kategori, lokasi dan variasi.
Punya Banyak Working Space dan Tempat Duduk
Tidak, tak ada seorangpun yang tidak kebagian kursi. Bahkan di lobby pun ada kursi empuk dan nyaman. Lokernya luas dan jumlahnya banyak. Ada kursi empuk yang bisa dipakai untuk duduk sembari menata barang-barang.
Sekarang bayangkan, perpus mana yang memberikan kursi panjang nan empuk di area loker? Kita semua tahu aktivitas di area loker itu tidak akan lama, cuma buka kunci masukin barang lalu kunci lagi. Tapi aktivitas sesederhana itu pun mereka buat nyaman.
Di setiap lantai ada area kerja dengan berbagai variasi. Ada working space yang cukup private, area diskusi, area kerja dengan komputer, area baca dengan bean bag dan area kerja di hall utama dengan banyak kursi empuk dan nyaman.
Buku-buku di perpustakaan ini tidak berkumpul di satu titik tetapi tersebar di setiap area kerja, di setiap lantai. Perpus ini sangat tahu sekali kebutuhan anak jaman sekarang.
Kegiatan berselancar di dunia maya maupun tenggelam dalam layar laptop juga tak kalah urgen ketimbang membaca. Itulah mengapa jumlah working space dibuat banyak.
Wifi Kencang dan Colokan Listrik Banyak
Anak di jaman ini tak bisa hidup tanpa wifi dan koneksi listrik. Pasalnya mereka hidup di 2 dunia, nyata dan maya. Untuk bertahan hidup di dunia maya mereka butuh 2 hal tadi. Jadi sudah sewajarnya jika ingin menarik minat dan waktu mereka harus menyediakan keduanya.
Apalagi yang dibutuhkan anak jaman sekarang selain tempat nyaman ber AC untuk berbagai aktivitas, lengkap dengan wifi dan colokan listrik. Lengkap sudah amunisi untuk menggaet Gen Z. Eh tapi tak hanya gen Z, saya rasa setiap orang yang hidup di jaman ini terlepas dari generasi yang manapun juga membutuhkan itu.
Meskipun di awal-awal wifi mereka tak terlalu bagus tapi makin ke sini saya rasa sudah semakin baik. Dulu saya masih sering tethering dari HP tapi akhir-akhir ini saya sudah bisa berselancar di dunia maya dengan lebih lancar tanpa kendala.
Estetik dan Instagramable
2 hal yang harus dimiliki perpus jaman ini kalau mau menang war : Estetik dan instagramable. Banyak perpustakaan Jakarta yang sudah memenuhi standar ini termasuk Jusuf Kalla Library.
Desainnya saja dari luar sudah sangat estetik, modern, minimalis dan futuristik. Baru juga sampai parkiran rasanya sudah pengen mengabadikan momen apalagi sampai masuk ke dalamnya.
Perpus ini didominasi warna putih dengan lampu warm tone di beberapa titik. Sudut-sudutnya terlihat estetik jadi mau foto di manapun akan terlihat bagus.
Anak jaman sekarang harus dekat dengan tempat-tempat yang instagramable. Cafe harus instagramable, tempat wisata, taman dan tak terkecuali perpus. Mereka lahir dan besar di era sosial media. Wajar kalau apa-apa harus di update, seolah membuktikan bahwa mereka menjalani hidup dengan cukup keren.
Di Jusuf Kalla, area makannya pun tak kalah estetik. Namanya common space, lokasinya ada di setiap lantai di dekat lift. Pemandangan hijau bisa terlihat dari area ini karena dinding pembatas dengan area luarnya full kaca. Saya kerap menggunakan area ini untuk ngonten atau mengambil footage karena terlihat estetik.
Mendukung Keberlanjutan
Jika kamu ke Jusuf Kalla Library kamu akan banyak melihat pengunjung membawa bekal dari tas bening yang mereka pakai. Bekal itu nantinya akan dimakan bersama di area common space. Itulah alasan lain saya menyukai perpus ini, selain irit juga sustainable. Saya tak perlu merogoh kocek atau keluar hanya untuk makan.
Jika tak suka membawa bekal tak masalah, mereka juga punya cafe yang lokasinya masih satu gedung tapi beda pintu. Menurut saya itu adalah cafe perpustakaan paling estetik yang pernah ada, kalau tak percaya, lihat saja sendiri.
Meskipun perpustakaan ini milik kampus tapi orang luar bisa datang dan mengajak anak. Ada area baca anak yang meskipun tidak sebesar perpusnas tapi ada. Maklum juga ya karena perpustakaan ini bukan milik umum tapi kampus jadi fokus utamanya bukan itu.
Apakah Jusuf Kalla Library sesempurna itu? tidak juga. Karena mereka masih baru memang masih melakukan perbaikan dan penambahan di sana sini. Yang dulunya lift belum jalan sekarang sudah mulai beroperasi begitupun dengan eskalator. Jam buka pun sekarang jadi lebih panjang, sampai jam 21.00 WIB sementara sabtu buka setengah hari. Menurut saya untuk sekelas perpus kampus, toleransi ini sudah cukup baik.
Terlebih lagi jika bicara soal buku, masih banyak rak-rak yang kosong dan perlu diisi, tapi saya yakin jumlahnya akan terus bertambah. Btw, kategori bukunya juga tak kalah menarik jika dibanding perpustakaan-perpustakaan lain.
Ya, sekali lagi bagi saya perpustakaan Jusuf Kalla Library adalah salah satu contoh perpus masa kini yang mampu mengakomodir segala kebutuhan anak jaman sekarang. Saya juga merekomendasikan perpus ini sebagai rujukan perpus-perpus lain yang ingin melakukan inovasi dan transformasi.
Terakhir, perpus ini masuk kategori list wajib kunjungi at least sekali seumur hidup versi saya. Jika tak percaya, coba saja ke sana ya! Selamat melambatkan waktu di perpustakaan :)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI