Organisasi non-politik, seperti lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi keagamaan, dan komunitas sosial juga berperan dalam pembentukan opini publik.
Pendekatan Koersif:
Beberapa organisasi keagamaan seperti FPI (Front Pembela Islam) (sebelum dibubarkan) sempat menggunakan pendekatan koersif, misalnya dengan memaksa warung atau toko tutup selama bulan Ramadan. Melalui tekanan sosial dan aksi demonstratif, mereka menciptakan opini publik yang sesuai dengan nilai kelompoknya, namun tidak selalu dengan pendekatan demokratis.Pendekatan Persuasif:
Sebaliknya, organisasi lingkungan seperti WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia) menggunakan pendekatan persuasif dalam menyuarakan isu lingkungan dan krisis iklim. Melalui edukasi, pelatihan komunitas, dan kampanye di media sosial, WALHI mengajak masyarakat ikut berpartisipasi secara sukarela dan sadar terhadap isu-isu ekologis.
Kesimpulan
Membentuk opini publik tidak selalu tentang kontrol, tetapi juga tentang komunikasi dan partisipasi. Pendekatan koersif sering kali menciptakan kepatuhan semu tanpa pemahaman mendalam, sementara pendekatan persuasif menumbuhkan kesadaran dan keterlibatan yang berkelanjutan. Dalam masyarakat demokratis, penggunaan pendekatan persuasif oleh pers, organisasi politik, dan organisasi non-politik menjadi kunci dalam menciptakan opini publik yang sehat, kritis, dan partisipatif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI