Mohon tunggu...
Endita Dian
Endita Dian Mohon Tunggu... Mahasiswa

sebagai mahasiswa memiliki hobi menonton film dan suka menulis sebagai kegiatan tambahan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Komersialisasi Budaya Bali dan Pergeseran Identitas Lokal dalam Arus Glokalisasi Pariwisata

21 September 2025   00:53 Diperbarui: 21 September 2025   00:53 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pulau Bali telah lama menjadi tempat wisata internasional. Namun, pengaruh globalisasi menyebabkan munculnya tindakan penyesuaian berlebihan terhadap budaya lokal yang bertujuan untuk memenuhi tuntutan pasar global. Hal ini adalah masalah besar di balik kemajuan industri pariwisata. Banyak komponen budaya yang dulunya penuh dengan makna spiritual dan nilai-nilai sakral sekarang berfokus pada bisnis. Simbol-simbol keagamaan, tarian, dan upacara tradisional ditampilkan hanya untuk hiburan. Selain itu, peningkatan jumlah pengunjung asing tidak selalu menguntungkan, seperti yang ditunjukkan oleh berbagai perilaku tidak pantas dan pelanggaran norma sosial dan hukum. Masyarakat kerap dihadapkan dengan pilihan memajukan perekonomian melalui pariwisata atau menjaga kelangsungan kebudayaan lokal. Namun, sesungguhnya kedua hal ini adalah suatu hal yang saling mengikat satu sama lain dan dapat dikembangkan secara bersamaan tanpa harus mengorbankan salah satunya. Baik pemerintah maupun pelaku ekonomi harus bekerja sama untuk menemukan solusi yang tepat untuk memecah permasalahan ini. Dengan berpedoman pada ajaran Tri Hita Karana, keseimbangan antara perekonomian dan budaya lokal dapat terjaga dengan baik dengan praktik-praktik nilai ajaran tersebut di kehidupan sehari-hari. Selain sektor pariwisata modern, sesungguhnya Bali juga memiliki potensi yang sangat besar dalam sektor ekonomi kreatif, perikanan dan kelautan, hingga inovasi hijau yang mampu bersaing di kancah global. Oleh karena itu, seluruh pelaku ekonomi di Bali harus mencari peluang yang baik untuk memanfaatkan segala keunggulan dan keunikan yang tersedia, sehingga tidak hanya bergantung pada satu sektor saja. Selain itu, diperlukan pula kerja sama yang baik dan visi misi yang satu antara penduduk dan pemerintah. Salah satunya dengan berkontribusi pada pelaksanaan Sensus Ekonomi Tahun 2026. Pelaku ekonomi dapat secara aktif melaporkan informasi dan data yang aktual kepada petugas statistik, baik mengenai jenis dan lokasi usaha, omzet yang didapatkan, pemanfaatan teknologi dan data lainnya. Saran dn masukan dari pelaku ekonomi juga menjadi modal penting dalam penyusunan arah kebijakan kedepannya sehingga masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam pelaksanaan Sensus Ekonomi di tahun mendatang. Melalui kontribusi kecil dapat memberikan dampak yang luar biasa bagi perekonomian Pulau Bali kedepannya. Oleh karena itu, partisipasi aktif seluruh pelaku ekonomi dalam Sensus Ekonomi 2026 berperan penting untuk menghasilkan data yang akurat dan kebijakan yang tepat sasaran guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi Bali yang berkelanjutan dan inklusif.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun