Mohon tunggu...
Lily Trisnawati
Lily Trisnawati Mohon Tunggu... Teknisi - Hamba Allah yang sedang belajar dan memanfaatkan sains untuk kehidupannya

Langit yang biru senantiasa menggemakan suara indahmu ~Rumi~ ...Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS Az Zumar: 53)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Evaluasi Rindu

12 November 2019   21:42 Diperbarui: 12 November 2019   21:43 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari minggu lalu, 4 Agustus 2019 aku bertemu teman lama Bapak, mungkin ini penyebab rasa rindu muncul ke permukaan. Nama teman Bapak Om Kopral, beliau kaget melihat aku mungkin juga jadi ingat Bapak. 

Akhirnya beliau banyak cerita tentang Bapak untuk meluapkan rasa rindunya juga, mungkin. "lho, Mir, anaknya Amir kan ini?", kata Om Kopral dalam memulai sapaannya. Begitu ingat dengan Bapak, hingga semua anaknya ingat juga. Lalu mengarlihlah cerita tentang Bapak dari sudut pandang Om Kopral.

Bapak kamu tidak pernah menggunakan ilmu agama yang dimiliki untuk mencari uang, padahal aku tahu Li, Bapak kamu bisa melakukan itu. Bapak kamu selalu mencari berkah dalam setiap kehidupannya, dan selalu rendah hati. 

Aku bisa baca koran gratis kadang Li, hanya karena Bapak kamu sudah kembali modal dalam dagangan koran paginya. Bapak menjual koran di lampu merah saat pagi hari. Itu adalah bukti Bapak kamu tidak mengejar materi. Pendidikan adalah nomor satu bagi Bapak kamu Li, maka beliau berjuang bagaimana caranya anak-anak bisa sekolah. Pagi jual koran, siang sudah siap-siap jual gorengan atau soto waktu bareng Mamak kamu. Waktu kamu kuliah, itu juga ujian berat untuk Beliau, karena Mamak kamu juga sakit. Beliau bekerja masih rajin berjuang pagi hingga siang, ditambah merawat Ibu kamu yang sakit. Kalau aku mungkin tidak sanggup, dan tidak heran juga melihat kamu bisa menjadi orang saat ini. Do'a Beliau selalu berperan dalam setiap langkah kamu ya Li. Apalagi Bapak kamu tidak absen jadi muadzin di masjid.

Lalu, aku kembali bertanya hal lain pada Om Kopral karena tidak bisa menahan lebih lama air mata yang ingin tumpah. Bagaimana kabar keluarga beliau sekarang. Aku terkejut, karena Om Kopral mendapat ujian lewat anaknya. Akan tetapi, atas izin Allah swt. sekarang sudah lebih baik. Alhamdulillah. Orbrolan silaturahmi singkat tersebut membuat aku dapat rezeki lain hari itu, bisa pulang ke kosan lebih mudah karena Om Kopral bersedia mengantar sekaligus ingin bertemu temannya. Padahal hari itu listrik masih mati jadi akses kereta masih terhambat, namun Allah punya rencana yang sempurna. Aku bisa evaluasi rindu Bapak dari pandangan orang lain setelah 4 tahun berlalu.

Tepat hari ini, 18 Agustus, Bapak lahir. Namun, aku sudah tidak bisa mendo'akan dengan bertatap muka. Penyesalan selalu datang di akhir, dan aku merasakan itu. Meskipun menangis respon pertama kali, aku selalu berharap sabar selalu Allah berikan. Bagiku, kembalinya Bapak kepada Allah adalah teguran untuk aku yang telah terbuai hingga akhirnya lalai dengan waktu. Teguran yang berbentuk ujian di hari selanjutnya, hingga sabar akhirnya menjadi teman tanpa sadar. Sabar ketika akhirnya lulus kuliah tanpa hadirnya beliau, karena aku bisa sekolah lanjut adalah karena do'anya. Ujian ini bisa jadi lebih ringan dibandingkan dengan yang lain, karena aku yakin masih banyak di luar sana lebih berat keadaannya ketika kehilangan orang terkasih.

Mengevaluasi rindu. Akhirnya aku melakukannya setelah bertemu Om Kopral dan mengingat hari lahir Bapak, tepat hari ini. Rindu ini masih membuat menangis, beberapa kali. Namun, aku sadar bahwa bukan hanya rindu dalam tangis yang beliau butuhkan. Bapak butuh ketaqwaanku lebih baik dari sebelumnya, agar do'a yang kupanjaatkan bisa Allah kabulkan untuk mengampuni dosa beliau. Mampu menjaga diri dalam kehidupan sosial masyarakat karena itu pernah diajarkan beliau dan baktiku sekarang adalah mengaplikasikan semua yang dicontohkan dan diajakan beliau. Aku percaya Bapak saat ini menunggu do'a dan apa yang ku lakukan saat ini selalu dalam petunjuk-Nya. Aku rindu Bapak dan semoga rindu ini Allah meridhai. aamiin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun