Mohon tunggu...
Muhammad Ain Nur Ridho S
Muhammad Ain Nur Ridho S Mohon Tunggu... Communication Science of UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 24107030091

Seorang mahasiswa di Yogyakarta yang aktif membahas kehidupan kota Yogyakarta, berbagai permasalahan sosial, tren viral seputar tempat, sejarah, serta isu-isu budaya dan masyarakat lokal.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ketika Harapan itu Bernama Aku

14 Juni 2025   12:00 Diperbarui: 14 Juni 2025   11:03 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret: Tangan menyentuh lembaran Al-Qur’an dengan khusyuk. Sumber: cendekiamuslim.or.id

Kini aku tahu, kehilangan tidak harus berarti kehancuran. Kadang justru dari kehilangan kita menemukan alasan untuk bangkit. Sosok yang pernah menyebutku sebagai harapan kini telah pergi, tapi semangatnya tidak. Kata-katanya menjadi bekal hidupku. Doanya menjadi pelindung langkahku.

Beliau bukan hanya seorang keluarga. Beliau adalah lentera hidupku. Tanpa beliau, aku tak akan menjadi seperti sekarang.

Potret: Aku bersama pamanku (Pak De) saat masih kecil. Sumber: Dokumentasi Pribadi.
Potret: Aku bersama pamanku (Pak De) saat masih kecil. Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Akhir Cerita: Untuk Dua Nama yang Tak Pernah Kulupa 

Kini saatnya kusebut dua nama yang selama ini kusembunyikan dalam cerita:
Sosok yang paling berjasa dan menjadi support system sejati dalam hidupku adalah Pak De Hasim, yang dengan sabar dan ikhlas mendidik, menasehati, dan mendorongku menuju cahaya Al‑Qur’an.

Dan guru yang menuntunku membaca dan mencintai Al‑Qur’an adalah K.H. Asmuni M. Noor, yang dengan kasih sayang mendidikku di pondok pesantren dan menjadi panutan dalam ilmu dan akhlak. Beliau merupakan salah satu ulama terkemuka di Banten, yang dikenal luas karena dedikasinya dalam dakwah, pendidikan, dan pembinaan generasi muda dalam mencintai Al‑Qur’an. 

Untuk kalian berdua, semoga Allah membalas semua kebaikan dengan surga tertinggi. Untuk semua pecinta Al‑Qur’an, untuk para santri dan pencari ilmu, ingatlah: kita boleh lelah, tapi jangan menyerah. Karena setiap huruf yang kita baca, setiap ayat yang kita hafal, akan menjadi cahaya bagi kita dan orang-orang yang kita cintai.

Teruslah berjuang, karena tak ada hafalan yang sia-sia. Tak ada doa yang tak sampai. Tak ada cinta yang hilang jika ditanamkan dalam Al‑Qur’an.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun