Satu kalimat pendek itu menggambarkan isi hidup Tan Malaka yang tragis sekaligus heroik. Ia memilih Indonesia, bukan untuk mengorbankan cinta, tapi karena cinta yang lebih luas: kepada bangsanya.
Cinta yang Gagal, Tapi Tak Pernah Hancur
Kisah Tan Malaka dan Syarifah Nawawi bukan sekadar romansa gagal. Ia adalah narasi kecil dalam sejarah besar bangsa ini. Tentang bagaimana seorang pejuang rela menahan luka personal demi sebuah cita-cita kolektif.
Kini, nama Syarifah Nawawi tercatat sebagai salah satu pelopor pendidikan perempuan di Indonesia, sementara Tan Malaka --- meski pernah diasingkan oleh bangsanya sendiri --- tetap dikenang sebagai "Bapak Republik" yang telah memberi dasar-dasar pemikiran kebangsaan jauh sebelum kemerdekaan diproklamasikan.
Dan cinta itu? Barangkali tetap hidup dalam diam. Tak pernah memiliki akhir bahagia, namun juga tak pernah benar-benar mati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI