Penyebabnya Ialah Faktor Kemiskinan PNG
Bila kita menyederhanakan persoalan maka faktor kemiskinanlah yang menjadi penyebab utama para tentara PNG tega melakukan penyerbuan fatal terhadap kapal nelayan Indonesia. Motivasinya ialah bahwa mereka hanya ingin mendapatkan uang dengan cara menggeledah dan menceburkan para nelayan Merauke. Tindakan ini seperti sebuah tindakan perampokan bukan tindakan yang mengatasnamakan keberdaban. Jelasnya ialah perampokan tentara PNGDF terhadap Speedboad nelayan Indonesia. Rupanya mereka ingin mencari sesautu berharga untuk kehidupannya, termasuk uang. Nah...kalau bicara tentang kesulitan ekonomi, orang bisa melakukan cara apapun termasuk memberondong perahu milik negara sahabat demi alasan pengamanan perbatasan dan atas perintah negara. Alasan sederhana namun menyimpan peliknya upaya melepaslan diri dari jurang keterbelakangan sebuah negara yang bernama PNG, negara anggota persemakmuran Inggris yang dianaktirikan Inggris karena dianggab sebagai negara bau kencur di arena komunitas Persemakmuran Inggris Raya pimpinan Ratu Elisabeth II.
Penutup
Menghentikan kenakalan dan kebiadaban tentara PNGDF di perbatasan RI-PNG tidak semudah yang kita bicarakan. Tidak dengan tekanan diplomatik. Yang utama ialah bahwa semua negara di dunia harus bertanggung jawab terhadap predikat negara terkebelakang yang disandang PNG sejak tahun 2006. Predikat yang dijatuhkan oleh PBB terhadap PNG akibat kemiskinan yang parah ini menjadi faktor kekacauan di PNG termasuk percecokan antara Peter O'Neill dengan Michael Somare untuk merebut pucuk pimpinan sebagai Perdana Menteri Papua Nugini. Bila PNG berhasil menarik investor masuk negaranya dan kemudian mengubah negara itu paling kurang menjadi negeri berkembang, maka ulah tentara PNG diperbatasan RI bisa mereda. Namun apakah semuanya bisa terjadi? Sejarah dunia dan sejarah negeri itu akan membuktikannya sendiri.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI