Mohon tunggu...
Blasius Mengkaka
Blasius Mengkaka Mohon Tunggu... Guru.

Alumnus Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) di Universitas Negeri Nusa Cendana Kupang Tahun 2008. (1). Pemenang Topik Pilihan Kolaborasi "Era Kolonial: Pengalaman Mahal untuk Indonesia yang Lebih Kuat", (2). A Winner of Class Miting Content Competition for Teachers Period July-September 2022. (3). The 3rd Winner of Expat. Roasters Giveaway 2024.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Jenis-Jenis Panganan Tradisional Belu

24 Februari 2014   04:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:32 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya lahir, besar dan kini hidup dalam suasana budaya Belu. Budaya Belu telah membesarkan aku, bukan hanya bahasa tetum yang sering aku pakai bila berbicara dengan keluarga mamaku namun juga makanannya yang khas dan asli. Makanan Belu yang biasanya dimakan secara turun-temurun telah dan akan aku nikmati bersama mama, paman, saudara/iku, kakek-nenekku dari kebun dan sawah yang diolah dengan tata cara budaya Belu. Beberapa makanan tradisional yang hingga kini masih saya ingat dan saya masih menikmatinya ialah:

1. Ut Filun: Makanan ut filun berbahan dasar Jagung muda. Jagung yang masih muda diambil dari kebun, dikupas kulitnya, dibersihkan kemudian diluruh atau dikeluarkan biji-bijinya. Setelah dikeluarkan semua bijinya yang masih muda, biji jagung muda itu kemudian ditumbuk pada lesung berbentuk berdiri atau lesung duduk menggunakan alu yang semuanya terbuat dari sejenis kayu kuat.

Biji jagung itu harus ditumbuk hingga halus. Setelah halus, biji jagung itu kini menyerupai semacam paste yang bersifat melekat maka kita harus menggunakan sendok nasi untuk mengeluarkannya dari Lesung. Setelah jagung halus itu dikeluarkan dari Lesung, maka langkah berikutnya ialah membungkusnya dengan kulit jagung muda. Kita memilih kulit jagung muda yang terbaik, biasanya terletak di tengah jagung muda. Seterusnya paste jagung muda yang sudah halus tadi diberi bentuk seperti roti dan dibungkus dengan kulit jagung muda yang kita siapkansebelumnya, seterusnya diikat dengan menggunakan tali kecil dari daun pohon gewang.

Setelah dirapihkan seperlunya maka bungkusan-bungkusan itu dimasukkan ke dalam periuk nasi dan diisikan dengan air bersih hingga pada ketinggian bungkusan tadi. Satu kali masak biasanya terdapat sekitar 10/12 bungkus Ut Filun tergantung dari jumlah manusia yang akan menyantapnya. Setelah semuanya beres maka apipun dinyalakan. Masaklah hingga benar-benar masak. Untuk memastikan apakah Ut Filun kita sudah masak dengan cara meramasnya. Bila sudah agak keras berarti Ut Filun tersebut sudah benar-benar masak. Setelah masak maka berarti Ut filun itu langsung dikeluarkan ke dalam sebuah wadah dan kini siap untuk dihidangkan dan dinikmati selagi hangat.

Sayurnya ialah sayur pucuk daun labu tanpa atau dengan bunga dan buah labu muda. Sayuran itu dimasak dengan merebus lalu diberikan bumbu seperti lombok dan garam, ataupun ditumis secukupnya dengan bawang. Orang kampung biasanya menyebut: Modo rotok toos atau sayuran daun labu yang dimasak di kebun. Rasanya sungguh nyaman dimulut karena bentuk Ut Filun itu seperti roti. Ut filun dimakan panas-panas dan rasanya enak dan bersifat mengenyangkan.

2. Ai Uhik Kuhus, Makanan itu terbuat dari tepung singkong kering. Cara membuat singkong kering ialah singkong dicabut dari kebun lalu dikuliti dan dibelah-belah dengan ukuran yang kecil dan dijemur di panas matahari hingga kering. Singkong kering ini diambil kemudian ditumbuk hingga menjadi semacam tepung terigu. Tepung singkong itu kemudian diramas-ramas dengan dicampurkan dengan sedikit air di dalam sebuah wadah yang bernama nyiru yang terbuat dari anyaman daun lontar. Campuran air pada tepung singkong itu hampir sama dengan adonan terigu.

Sementara itu, kita menyiapkan air mendidih yang dimasak di dalam wadah tradisional yang disebut hanek. Hanek ialah periuk tanah tradisional tanah liat asal Belu. Tujuannya ialah kita memperoleh uap air panas untuk proses pengukusan Ai Uhik Kuhus kita. Setelah air panas itu mengepul-ngepul uapnya maka kita segera memasukkan Kakuhus di atas periuk tanah atau Hanek tadi. Kakuhus ialah wadah pengukusan yang terbuat dari anyaman daun lontar yang berbentuk wadah-piramide.

Masukkanlah adonan tepung singkong yang telah dicampuri dengan parutan buah kepala dan parutan gula merah ke dalam wadah kakuhus di atas hanek. Masaklah seperti biasa. Tunggulah hingga masakan itu masak dengan mengamati uap air panas di atasnya. Bila uap air itu telah cukup lama memenuhi adonan singkong, berarti tandanya bahwa kukusan kita benar-benar telah masak.

Keluarkanlah kukusan itu ke dalam wadah nyiru tradisional atau bisa juga Tanasak tradisional. Bersihkan kembali kakuhus tersebut dengan air bersih dan setelah itu buatlah seperti langkah terdahulu, tergantung jumlah orang yang akan menyantapnya. Ai Uhik Kuhus biasanya dimakan dengan atau tanpa rebusan sayuran pucuk dau labu dengan bunga dan buah daun labu. Dahulu biasanya makanan ini dimakan oleh penggembala ternak sapi di padang. Mereka biasanya menyantapnya dengan rebusan susu segar perasan dari sapi gembalaannya di padang. Rasanya seperti roti, bergizi, kenyal, sedap, manis dan sulit digambarkan nikmatnya. Hmmm...Saya yakin anda pasti akan mencobanya berulang-ulang. Kalau anda kuat makan dan sedang berselera tinggi, anda bisa saja akan menghabiskan 2 kakuhus atau bahkan lebih dari jumlah itu....Fantastic..!

3. Batar Sokur, Makanan ini terdiri dari hasil tumbukkan jagung kering yang dicampuri dengan air pada sebuah lesung. Jagung ditumbuk berulangulang dengan tujuan agar kita mengeluarkan kulit keras luarnya dan kotoran-kotoran yang tidak perlu di dalam biji jagung. Setelah ditumbuk lalu ditampih dan dibersihkan di dalam nyiru. Kita boleh mencampurinya dengan kacang hijau, kacang tanah atau kacang tali dan kacang turis sebelum merebus di dalam periuk tanah tradisional atau periuk nasi. Masaklah hingga masak dan tentu membutuhkan waktu kira-kira 3-4 jam lamanya. Setelah masak, keluarkan dari peruk/hanek ke dalam sebuah wadah. Siapkan lauknya. Lauknya ialah sambel terasi atau sambel ikan teri kering yang digoreng dengan tomat dan lombok. Siapkan sayuran ini dengan memasukkan sedikit daun kemangi yang sedap dan wangi baunya sehingga mengundang selera. Makanlah selagi hangat bersama batar sokur. Batar sokur pada masa sekarang disebut Jagung Bose dan sudah cukup terkenal karena telah dihidangkan sebagai makanan tradisional NTT di restoran-restoran dan hotel-hotel di NTT. Rasanya sedap dan nikmat....

4. Ut Moru, Ut Moru merupakan panganan santai. Ut Moru terbuat dari tepung jagung halus. Tepung jagung halus atau disebut Ut dicampuri dengan air dan parutan buah kelapa lalu digoreng. Selama anda menggoreng kering tanpa minyak, anda harus terus membilas atau memindahkannya di kuali agar Ut Moru tersebut tidak hangus. Goreng hingga berubah warna menjadi agak kemerahan. Pokoknya aturlah sedemikian sehingga sesuai dengan selera anda. Setelah menurutmu bagus, keluarkan ke dalam wadah, dan sudah jadi Ut Mor anda. Ut Moru dimakan sambil bercakap-cakap dengan sahabat karib anda dalam suasana santai. Orang tua biasanya memberikannya kepada anak-anaknya yang bersekolah atau bepergian ke tempat jauh untuk bekal makanan ringannya agar sang anak tidak terkena penyakit mah...Hmmm..enak dan nikmat makan Ut Moru dari Belu....

5. Ai Uhik Hoban dan Ai Uhik Tunun, Makanan ini terdiri atas rendaman potongan singkong kering selama semalam. Biasanya sebelum tidur malam, rendam singkong kering itu di dalam sebuah wadah. Pada saat esok pagi, ambillah rendaman singkong kering itu lalu masakanlah ke dalam periuk tanah. Setelah masak, keluarkan dari dalam periuk dan hidangkan. Ai Uhik Hoban dinikmati dengan teh hangat atau kopi panas. Rasanya nikmat juga. Ai Uhik Hoban bia juga dimakan dengan sambel ikan teri, daging ayam atau ikan segar goreng. Nikmat sekali..

Bisa juga rendaman Ai uhik itu diperpanjang hingga beberapa malam. Caranya keluarkan Ai Uhik Hoban tadi dan masukkan ke dalam bungkusan daun pisang dan peram hingga 5-7 hari. Selama proses pemeraman, anda harus terus memeriksa kadar kelembaban Ai Uhik di dalam daun pisang. Bila kadar kelembabannya kurang maka anda harus selalu memberikan siraman sedikit air. Pada hari yang ke-7 keluarkan dari wadah atau bungkusan itu. Kini Ai Uhik itu sudah berubah menjadi agak hitam dan lengket di tangan anda. Ubi kayu itu sudah mengalami proses fragmentasi oleh sejenis jamur hingga kadar gulanya meningkat.

Pangganglah ubi kayu itu di dalam barah api hingga masak lalu ditumbuk dengan batu ceper hingga menjadi pipih. Kini anda sudah bisa menikmatinya bersama kopi atau teh hangat. Rasanya juga enak dan nikmat. Bisa juga anda memilih untuk merebusnya saja. Kemudian menikmatinya dengan kopi atau teh hangat atau bisa juga dimakan dengan sambel terasi, sambel udang atau ikan teri. Tetap nikmat....

Demikian lima (5) buah jenis masakan tradisional Belu yang dapat saya tampilkan ke hadapan pembaca. Sebetulnya masih banyak hidangan tradisional yang dapat diungkapkan melalui media ini. Ini hanya bagian pertama. Tentu saya harus mencari informasi sebanyak mungkin di lapangan melalui penelitian dan wawancara. Dengan menuliskan kembali, kita dapat melestarikannya dan membuatnya menjadi makanan populer yang memiliki nilai universal.

_____________________________________

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun