Mohon tunggu...
Raihan Tri Atmojo
Raihan Tri Atmojo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa S1 Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, UNS. Saat ini sedang senang terhadap dunia blog dan mencoba menambah wawasan dengan berbagai macam bacaan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pak, Terima Kasih Nasihatnya (Bagian 1)

18 Juli 2021   14:52 Diperbarui: 18 Juli 2021   15:15 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ehehe, iya pak. Oh iya bapak tidak kelupaan sesuatu kan pak?"

"Oh tentu tidak. Yang menantikan kabar tentang Ayu tidak hanya njenengan saja. Saya juga menantikkannya lho pak. Nah karena saya sudah mendengarnya dari bapak, saya tentu tidak akan melupakan janji saya ke anda dan mba Ayu"

Seketika itu wajah Pak Salim sangat senang. Ya wajar saja, melihat anaknya lolos masuk salah satu perguruan tinggi favorit di Indonesia dan dapat bonus dibiayai biaya kuliahnya sampai lulus. Banyak orang pasti menginginkan hal itu. Termasuk diriku juga.

"Nanti sore Pak Salim dan Mbak Ayu datang kerumah saya ya. Nanti Pak Salim tidak perlu menjemput saya, saya pulang bersama teman."

"Baik, siap pak!"

Kami pun sampai di tempatku bekerja, aku pun keluar dari mobil, dan masuk ke dalam. Ya, disinilah aku bekerja, di SMA Negeri  1 Gombong. Tempat aku dulu menimba ilmu dan mengisi masa SMA dengan teman-teman yang hebat, dan juga guru-guru yang tak kalah hebat juga. Lalu sekarang apa posisiku di tempat ini? Tentu bukan sebagai murid, melainkan sebagai guru. 

Yap, posisi yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Jujur saja, semasa SMA aku bukanlah siswa yang berprestasi, baik dalam bidang akademik dan non akademik.

Aku pun jarang diperhatikan, fisikku juga kecil, dan tidak mempunyai bakat yang menonjol, Satu-satunya prestasi akademik yang bisa dibanggakan olehku adalah nilai PAI di rapotku selalu seratus. 

Yah, tapi apalah artinya nilai PAI bagus kalau di sekolah negeri. Mata pelajaran tersebut tidak terlalu diperhatikan, karena lulusan SMA di cetak untuk menjadi akademisi di ilmu-ilmu eksak atau ilmu-ilmu sosial.

Ayahku meninggal waktu aku SMP. Maka selama SMA, setelah pulang sekolah aku membantu ibu melanjutkan bisnis warung makan yang telah didirikan oleh ayahku. Karena aku membantu ibuku bekerja, aku pun jarang punya waktu luang untuk sekedar nongkrong atau jalan-jalan ke objek wisata. 3 tahun berjalan, aku bisa lebih membaur dengan teman-teman, mereka pun akhirnya memahami keadaanku dan memaklumi jikalau aku tidak ikut nongkrong atau main.

Di tahun terakhir inilah aku benar-benar merasakan indahnya masa SMA, di samping puncak-puncaknnya masa stress bagi anak SMA. Kami mulai sering mengadakan belajar mandiri dengan kelompok yang kecil guna memaksimalkan peluang kami untuk lolos di Perguruan Tinggi Negeri favorit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun