Namun, hatiku pun terlalu sakit dengan derita yang diberi papa untuk mama. Mungkin inilah jalan yang terbaik. Mereka berpisah dengan menjalani kehidupan masing-masing.
***
Hari ini Mama dan Papa telah resmi bercerai. Aku akhirnya memilih tinggal bersama Mama. Meskipun aku dan papa berbeda rumah, tapi papa bisa kapan saja menemuiku. Mama pun tidak akan keberatan dengan hal itu.
Setidaknya sekarang aku tidak perlu keluar malam lagi mencari hiburan dengan teman-teman. Aku sedikit merasa lega karena tidak harus selalu melihat pertengkaran yang tidak ada habisnya dari mulut Papa dan Mama.
Mamaku sekarang sudah mulai menata hidupnya lagi. Senyuman luang selalu mengembang membuat diriku bahagia melihatnya. Sekarang hanya tinggal kami berdua menikmati hari-hari indah dengan Mama. Membantu mama menyelesaikan pekerjaan rumah adalah hal baru yang kunikmati sekarang.
Minggu ini jadwal Papa mengunjungiku. Papa hanya punya waktu dua hari dalam seminggu saja untuk melihatku. Sepertinya itu deru mobilnya. Aku sudah lumayan rindu padanya. Ya, walau bagaimanapun itu adalah Papaku.
"Hai, Pa, apa kabar? tanyaku semangat.
"Papa, baik-baik aja," jawab papa yang terlihat tersenyum padaku.
"Mama kamu, apa kabar? lanjut beliau bertanya.
"Kebetulan hari ini Mama tidak di rumah. Ia pergi arisan, Pa," jawabku meyakinkan papa.
Padahal sejak perceraian itu mama tidak pernah mau melihat wajah papa lagi. Walaupun hubungan orang tuaku retak begitu, aku bersyukur masih bisa memeluk keduanya.